Prioritas.co.id,Lahat – Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sanderson Syafe’i, ST. SH menilai kelangkaan gas elpiji tiga kilogram di beberapa daerah disebabkan rentang harga yang sangat jauh antara elpiji tiga kilogram dan 12 kilogram.
“Karena rentang harga seperti itu, banyak pengguna gas elpiji 12 kilogram yang berpindah menjadi pengguna gas elpiji tiga kilogram termasuk pelaku usaha rumah makan, peternak ayam potong dan lain-lain. Selain jauh lebih murah, gas elpiji tiga kilogram juga dianggap lebih praktis dan mudah dibawa,” kata Sanderson melalui pesan singkatnya, Selasa (04/06).
Selain rentang harga yang sangat jauh, dia menilai, terdapat penyimpangan penyaluran gas elpiji tiga kilogram yang disubsidi. Sebagai barang disubsidi, semula pola penyaluran gas elpiji tiga kilogram bersifat tertutup.
Artinya, hanya konsumen yang berhak saja yang boleh membeli gas elpiji tiga kilogram. Namun, saat ini penyaluran bersifat terbuka atau bebas sehingga siapa pun bisa membeli hingga ada yang menimbun.
“Ada inkonsistensi pola distribusi yang dilakukan pemerintah,” ujarnya.
Karena alasan itu, Sanderson menyebut konsumen kaya pun tidak malu-malu menggunakan gas elpiji tiga kilogram. Terjadi perpindahan dari pengguna elpiji 12 kilogram menjadi elpiji tiga kilogram.
“Tidak kurang dari 20 persen pengguna gas elpiji 12 kilogram berpindah ke tiga kilogram karena harga 12 kilogram dianggap sangat mahal sementara tiga kilogram sangat murah karena disubsidi,” tuturnya.
Menurut Sanderson, kelangkaan gas elpiji tiga kilogram di beberapa daerah sangat merugikan masyarakat sebagai konsumen. Banyak konsumen rumah tangga menjerit karena harus mengantri cukup lama bahkan tidak mendapatkan gas elpiji.
“Konsumen harus membeli dengan harga yang melambung,” katanya.
Sanderson menilai pernyataan PT Pertamina bahwa kelangkaan itu dipicu permintaan yang meningkat menjelang hari raya Idul Fitri 1440 H sebagai hal yang tidak masuk akal. (Elsa)