Warga Lumpatan I Protes Pembangunan Pintu Air Ditengah Sungai Simpur

1
1165

Prioritas.co.id, Muba – Masyarakat Desa Lumpatan I protes pembangunan pintu air yang dilakukan Pemkab Muba melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) di Desa Lumpatan I. Warga menilai posisi penbangunan pintu air tersebut kurang tepat dan terkesan dipaksakan.

Warga meminta agar dinas terkait menghentikan pembangunan yang sudah dimulai tersebut, karena jika tetap dibangun pada lokasi tersebut posisi pintu air justru akan membuat ratusan rumah warga terendam banjir.

“Sebagai bentuk protes warga, kami mengirim surat keberatan kepada dinas PU yang ditandatangani seluruh warga. Kami tidak menolak pembangunan pintu air, tapi alangkah baiknya jika dibangun di muara sungai sehingga bisa berfungsi sebagai penahan debit air Sungai Musi, kalau dibangun ditempat ini justru akan membuat lahan beserta rumah kami terendam, ” kata salah satu warga berinisial IS yang mengaku ikut menandatangani surat keberatan warga tersebut,Jumat (26/7/2019).

Dalam surat yang ditandatangani 60 Kepala Keluarga warga Dusun Bagan, RT 03 Desa Lumpatan I yang ditujukan kepada Dinas PU Cipta Karya menyampaikan beberapa permintaan dan kesimpulan warga terkait pembangunan pintu air yang dibangun ditengah Sungai Simpur tersebut.

Diantaranya, posisi pintu air yang berada ditengah sungai simpur yang sudah dangkal justru akan mengindang banjir. Sementara jika dilihat dari azaz manfaat justru tak bermanfaat karena tak ada sawah yang dialiri sungai tersebut. Dan layaknya pembangunan akan mendatangkan manfaat dan ketenangan bagi warga, sementara pembangunan pintu air tersebut justru menimbulkan keresahan dan ketakutan warga terhadap ancaman banjir. Satu-satunya solusi dalam surat tersebut pembangunan pintu air harus dipindahkan ke muara Sungai Simpur.

Terkait pembangunan pintu air ditengah Sungai Simpur, Ketua Pembina Ormas Srikandi Serasan Sekate (S4) , Satoto Waliun mengaku prihatin. Menurut dia, pemilihan lokasi tersebut terkesan janggal, jika diperhatikan sejumlah pintu air biasanya dibangun di muara atau di hulu sungai.

Posisi tersebut, lanjut Totok sesuai dengan fungsinya sebagai pengatur debit air penahan banjir maupun untuk irigasi. Dan dia berharap pemerintah yang dalam hal ini Dinas PU Cipta Karya dapat memahami protes warga.

“Saya berharap dinas terkait dapat menanggapi protes warga dengan profesional. Jangan sampai gara-gara protes mereka tak ditanggapi bisa membuat warga yang kecewa bersikap anarkis, ” pungkasnya. (dani)

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here