Tim Pemulihan Lingkungan Hidup Gelar Sosialisasi pada Pelaku Tambang di Tiga Kecamatan

0
66
Ketua Tim Pemulihan Lingkungan Hidup Sahnan Batubara yang juga merupakan Asisten III saat memberikan kata sambutan.

Mandailing Natal, Prioritas.co.id – Tim Pemulihan Lingkungan Hidup Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang dibentuk Bupati Madina HM Jafar Sukhairi Nasution menggelar sosialisasi di aula kantor Camat Lingga Bayu, Kamis (2/7/2022).

Sosialisasi ini diikuti dari tiga Kecamatan yakni Linggabayu, Ranto Baek dan Batang Natal, dan dihadiri oleh warga para pelaku tambang.

Dalam kesempatan tersebut Ketua Tim Pemulihan Lingkungan Hidup Sahnan Batubara yang juga merupakan Asisten III Pemkab Madina mengatakan tim Pemulihan ini dibentuk berdasarkan amanah rapat Forkopimda yang melihat kondisi dari lingkungan hidup sudah cukup memprihatinkan, sehingga kenyamanan warga terganggu, ketenangan sosial dan ekosistem juga sudah terganggu.

“Forkopimda Madina telah mengambil keputusan penting membentuk tim untuk segera bekerja melakukan langkah penting dalam melakukan pemulihan lingkungan hidup,” ujarnya.

Ia juga menyampaiakan sosialisasi ini juga akan dilakukan di Kecamatan lain, mengingat tim pemulihan bukan fokus kepada permasalahan pertambangan saja.

“Ini kan bukan permasalahan tambang saja, ada das, persampahan dan ini merupakan cakupan dari tim kedepan,” katanya.

Sahnan berharap dengan sosialisasi ini masyarakat dapat memahami, sehingga secara bertahap pemulihan lingkungan hidup di Madina dapat diwujudkan.

“Semoga dengan sosialisasi ini masyarakat dapat memahami, dengan begitu pemulihan lingkungan di Madina terwujud,” katanya.

Sementara itu Kabid Pengendalian Pencemaran Kemitraan Lingkungan Hidup (P2KLH) Ahmad Sailulloh, ST, didampingi Ahmad Fauzi selaku Pengendali Dampak Lingkungan menyampaikan, persoalan kerusakan lingkungan hidup selalu dapat ditelusuri dari sumbernya dan bila ingin menghentikan dampaknya maka sumbernya juga harus dihentikan.

“Kita sudah uji sampel air sungai Batang Natal dan hasilnya telah terjadi penurunan dari kualitas 1 menjadi kulitas 4 yang cocok hanya untuk persawahan,” terangnya.

Ia juga menguraikan persoalan dampak pertambangan ilegal di sepanjang sungai Batang Natal, yang terlihat adalah tidak adanya IPAL atau instalasi pengelolaan air limbah sehingga air yang dibuang keruh sampai kehilir.

“Madina ini memiliki SDA yang kaya, namun harus kita kelola dengan tidak merusak lingkungan hidup,” tutupnya. (putra)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here