Prioritas.co.id.muba – Direktur Utama Petro Muba, H Yuliar SE, membantah kabar yang menyebutkan PT Petro Muba mengalami kerugian dan berada diambang kebangkrutan. Sepinya aktivitas bongkar muat yang terlihat beberapa bulan terakhir di Storage oil Babat Toman merupakan kebijakan yang diambil manajemen Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Muba ini menyikapi terjun bebasnya harga minyak dunia yang menembus hingga dibawah US 20 dolar/barel.
“Untuk menghindari kerugian sejak beberapa bulan ini, kita mengambil kebijakan dengan menyetop produksi di Storage Babat Toman. Kebijakan ini kita ambil kontrak kerja Petro Muba dengan Pertamina batasan harga yang ditetapkan hanya keatas pada level US 70 dolar/barel, sementara kebawah tidak ditetapkan,,” kata H Yuliar SE didampingi Direktur Keuangan Syamsu Bunyamin SE beserta sejumlah jajaran direksi, diruang kerjanya, Petro Muba Building Lantai 3, Sekayu, Muba, Senin (22/6/2020).
Ia menjelaskan, dalam kontrak kerja dengan Pertamina, ketika harga minyak dunia melambung bahkan menembus US80-100 dolar/barel keuntungan Petro Muba dibatasi pada angka US 70 dolar/barel, sementara ketika harga minyak dunia turun, pembelian Pertamina berpatokan pada harga Minyak di pasaran dunia, artinya harga penerimaan Pertamina terhadap minyak Petro Muba ikut turun.
Keputusan manajemen Petro Muba menyetop sementara aktivitas di Storage Babat Toman disebabkan tiga hal. Dirut Petro Muba tersebut merinci, selain harga minyak dipasaran dunia yang turun bebas sehingga berdampak terhadap penjualan Petro ke Pertamina, juga ditambah dengan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan kemudian wabah corona yang tidak hanya melanda Indonesia tapi juga sejumlah negara diberbagai belahan dunia menjadi alasan yang tidak terelakkan menyetop sementara produksi.
” Jadi sebenarnya tiga hal ini yang menjadi dasar keputusan kita menyetop sementara aktivitas. Untuk itu sekali lagi saya tegaskan Petro Muba tidak bangkrut tapi memang sengaja menyetop aktivitas karena tiga hal ini,” jelas Yuliar.
Terkait pergantian mitra dalam pengelolaan storage Babat Toman yang diawal pendiriannya menggandeng PT PDPDE Gas, kata Yuliar merupakan keinginan dari PT PDPDE Gas itu sendiri. Anak perusahaan BUMD Provinsi Sumsel tersebut merasa bisnis pengelolaan dan angkat angkut minyak bukan bidang mereka. Dan mereka fokus dalam pengelolaan dan pengembangan gas di Sumsel yang selanjut menyerahkan pengelolaan storage pada PT Ogan Lematang Permata Energy (OLPE) yang akhirnya mengambil alih seluruh saham PT PDPDE gas di storage Babat Toman.
Direktur keuangan Petro Muba, Syamsu Bunyamin SE, menambahkan, terlepas dari situasi yang terjadi saat ini bisnis minyak Petro Muba berada pada level aman. Karena, dari skema bagi hasil, baik dengan mitra di storage Babat Toman maupun Toha grup dengan KMKnya Petro Muba memperoleh 5 persen dari omzet.
“Dari bagi hasil yang 5 persen ini saja kita sudah menyetor PPN sebesar Rp35 milyar dan PPH Badan sebesar Rp 5 milyar,” tambah Bunyamin. (Dani)