Ramadhan Sananta Jadi Api Inspirasi dari Kepri

0
305
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Olahraga UPI Bandung & Guru SMPN 007 Bintan, Heriwando.

Bintan.Prioritas.co.id – Heriwando selaku Mahasiswa Pasca sarjana Pendidikan Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung (Guru SMPN 7 Bintan) menyampaikan bahwa Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEA Games) tahun ini yang diselenggarakan di Kamboja baru saja selesai, Kamis (25/05/2023).

Indonesia berada posisi ketiga dalam perolehan medali. Medali terbanyak didapat oleh Vietnam, kedua Thailand, sedangkan tuan rumah di posisi ke empat. Pesta olahraga ini diikuti 11 negara yaitu Kamboja, Thailand, Indonesia, Vietnam, Philipina, Brunei Darrusalam, Miyanmar, Singapura, Malaysia, Laos, dan Timor Leste, dengan 36 cabang olahraga yang dipertandingkan.

Dari sekian cabang olahraga yang dipertandingkan sepakbola menjadi banyak perhatian masyarakat banyak. Timnas Indonesia dengan penuh perjuangan dan drama kartu merah, berhasil menang melawan Thailand di final dengan skor 5-2 dengan pertambahan waktu.
Bagi timnas Indonesia ini merupakan kemenangan yang bersejarah setelah 32 tahun menunggu, terakhir menang tahun 1991 di SEA Games Manila.

Kemenangan yang membanggakan tersebut membuat haru masyarakat Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Salah seorang pemain timnas bernama Ramadhan Sananta merupakan putra daerah Kabupaten Lingga. Dua golnya di final melawan Thailand membuktikan anak-anak Kepri memiliki potensi yang hebat dalam olahraga. Hal ini sangat pantas kita apresiasi dan banggakan, serta menjadi inspirasi bagi anak-anak setempat.

Mengapa demikian ? Dikarenakan fenomena hari ini, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game online, sosial media, serta kenakalan remaja, bahkan anak putus sekolah. Hal tersebut tidak saja dialami di kota-kota besar namun juga sampai daerah-daerah. Apabila kebiasaan ini berlanjut akan mengancam masa depan anak bangsa.
Mereka merupakan generasi penerus yang akan menjadi pemimpin masa depan.

Olahraga merupakan instrument yang efektif dalam mendidik anak-anak dan remaja (Danish et al 2004) dalam (Ramadhan et al 2020). Maka bagaimana momentum adanya figur anak muda seperti Ramadhan Sananta yang merupakan putra daerah Daik Lingga bisa menjadi pemantik api inspirasi dan motivasi bagi siswa-siswa di sekolah untuk aktif berolahraga maupun inspirasi dalam belajar untuk mencapai prestasi dan mengejar cita-cita.

Kemudian, anak dan remaja yang tinggal di daerah Kepulauan memiliki potensi yang besar untuk berprestasi pada tingkat regional bahkan internasional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2022 tentang Keolahragaan pasal 17, olahraga dibagi menjadi 3 kelompok yaitu olahraga pendidikan, olahraga masyarakat dan olahraga prestasi. Sedangkan dalam Pasal 3 dan 4 menyampaikan fungsi dari olahraga adalah mengembangkan kemampuan jasmani, rohani dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat.

Serta tujuannya adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kecerdasan dan kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, kompetitif dan disiplin, mempererat & membina persatuan juga kesatuan bangsa memperkukuh ketahanan nasional, mengangkat harkat, martabat hingga kehormatan bangsa plus menjaga perdamaian dunia.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan tujuan olahraga tidak hanya prestasi saja tapi juga meningkatkan kebugaran jasmani, kualitas manusia mempunyai moral sosial dan semangat persatuan. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa aktifitas fisik atau olahraga meningkatkan kebugaran jasmani anak (Chabibi Arif et al 2021), dapat mengurangi kecemasan, meningkatkan ketahanan, kesejahteraan, dan kesehatan mental positif pada anak-anak dan remaja (Larson et al 2014), serta memberikan dampak terhadap perkembangan keterampilan motorik anak (Dapp et al 2021).

Perkembangan olahraga terkini memberikan pandangan baru tidak saja mengejar prestasi atau medali, namun bagaimana nilai-nilai universal dalam olahraga itu menjadi implentasi dalam keseharian pelaku olahraga (Amung Ma’mun, 2018). United Nation Sport for development and peace, organisasi dibawah PBB, menggaris bawahi nilai universal dalam olahraga sebagai berikut.

Nilai olahraga sebagai penghubung sosial adalah salah satu atribut pengembangan yang paling kuat. Olahraga adalah proses sosial yang secara inheren menyatukan pemain, tim, pelatih, sukarelawan, dan penonton. Olahraga menciptakan jaringan hubungan horizontal yang luas di tingkat masyarakat dan hubungan vertikal dengan pemerintah, federasi olahraga dan organisasi internasional untuk pendanaan bentuk dukungan lainnya.

Jaringan olahraga komunitas ini, inklusif, merupakan sumber penting jejaring sosial, membina kapasitas komunitas untuk bekerja secara kolektif untuk mewujudkan peluang dan mengatasi tantangan. Program yang mencerminkan nilai-nilai terbaik dari permainan olahraga yang adil, kerja tim, kerja sama, menghormati lawan, dan inklusi memperkuat proses ini dengan membantu peserta untuk memperoleh nilai-nilai dan keterampilan hidup yang konsisten dengan hubungan sosial yang positif, tindakan kolaboratif, dan saling mendukung.

Jika populasi yang terlibat secara luas inklusif, dimensi penghubung olahraga dapat membantu menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang dan perspektif, membangun ikatan bersama yang berkontribusi positif terhadap kohesi sosial. Untuk alasan ini, olahraga telah lama digunakan sebagai sarana untuk mempromosikan persatuan dan harmoni nasional di dalam dan lintas negara.

Dari nilai-nilai terkandung dalam olahraga (Amung Ma’mun, 2018) mengelompokkan menjadi 5 kelompok nilai universal yaitu etika dan moral, menghormati aturan, menghormati yang lain, permainan yang adil, kepribadian tinggi, jujur, dan toleransi.
Pengetahuan dan pemahaman pemecahan masalah, bagaimana menuju menang dan memaknai kemenangan, bagaimana memaknai kekalahan, serta evaluasi.

Sosial bersama-sama berupaya memberikan manfaat, komunikasi, terhubung dengan orang lain, kerja sama dalam mencapai tujuan, dan kepercayaan. Psikologis nilai perjuangan, kepahlawanan, ketahanan fisik maupun mental, percaya diri yang terukur, disiplin waktu, komitmen terhadap tujuan bersama, menghargai diri sendiri, pandai memposisikan diri serta memperjuangkannya.

Kepemimpinan dan organisasi: Leadership (kepemimpinan), bagaimana mengelola kompetisi, dan berbagi. Selanjutnya fungsi dan tujuan olahraga adalah meningkatkan partisipasi anak-anak remaja dalam berolahraga sebagai bentuk mengembangkan potensi diri untuk berprestasi. (Indrayana, 2017) menyampaikan bahwa sekolah merupakan tempat sumber daya berkualitas melalui pendidikan jasmani dan ekstrakurikuler yang dapat membentuk atlet berpotensi dalam menunjang prestasi nasional.

Mengapa sekolah menjadi sumber awal untuk mengembangkan atlet karena sekolah merupakan tempat pembentukan keterampilan dasar, siswa yang terlibat dalam berbagai kegiatan olahraga di sekolah memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dasar yang diperlukan dalam olahraga tertentu.

Melalui pelatihan dan latihan rutin, mereka dapat memperoleh pengetahuan teknis dan memperbaiki kemampuan fisiknya. Penemuan bakat, melalui partisipasi dalam kegiatan olahraga, guru olahraga dan pelatih memiliki kesempatan untuk melihat dan mengidentifikasi bakat alami di antara pelajar.

Bakat ini kemudian dapat ditemukan, dikembangkan, dan diberikan kesempatan untuk berkembang menjadi atlet yang handal. Pembentukan mental dan etos kerja, melalui pelajaran olahraga, pelajar belajar tentang pentingnya kerja keras, dedikasi, disiplin, dan tanggung jawab.

Mereka diajarkan untuk menghadapi tantangan, mengelola kekalahan, dan tetap termotivasi dalam mencapai tujuan mereka. Nilai-nilai ini tidak hanya berlaku dalam olahraga, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Infrastruktur dan fasilitas, sekolah dan perguruan tinggi sering kali menyediakan fasilitas olahraga yang baik, seperti lapangan, kolam renang, dan gymnasium.

Infrastruktur yang memadai ini memberikan kesempatan bagi pelajar untuk berlatih dan berkompetisi dalam lingkungan yang kondusif untuk perkembangan mereka sebagai atlet.
Program pengembangan atlet, banyak sekolah dan organisasi olahraga memiliki program pengembangan atlet yang dirancang khusus untuk mengidentifikasi, melatih, dan mendukung pelajar yang menunjukkan potensi olahraga yang tinggi.

Program semacam itu dapat memberikan bimbingan dan dukungan yang diperlukan untuk membantu pelajar mencapai potensi maksimal mereka. Namun, memang pelajar tidaklah satu-satunya sumber untuk mengembangkan atlet. Ada berbagai faktor lain yang juga berperan, termasuk bakat alami, dukungan keluarga, pelatihan khusus, dan pengalaman kompetitif di luar lingkungan sekolah.

” Sebagai seorang guru dan orang tua, mari kita jadikan prestasi Ramadhan Sananta sebagai Api Inspirasi dari Kepri untuk Indonesia untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa-siswa di sekolah untuk terlibat aktif belajar dan ekstrakurikuler olahraga, ” Ujarnya kepada awak media hari ini.

Masih sambungnya, Menyalakan semangat belajar dan mengejar cita-cita karena Ramadhan Sananta merupakan figur yang dekat bagi siswa-siswa untuk dicontoh dan asli putra daerah Daik Lingga. Peribahasa mengatakan mengambil contoh ke yang sudah, mengambil tuah ke yang menang. Menjadi seorang atlet profesional bukanlah muncul secara instan, tetapi melalui proses panjang dalam latihan rutin dan disiplin. Apabila seseorang tidak memiliki daya juang dan mental yang baik dalam latihan maupun kompetisi tentu keberhasilan sulit dicapai.

Hal itu tidak saja berlaku bagi atlet olahraga, namun juga berlaku bagi siapapun dalam mencapai cita-cita dan olahraga tidak saja prestasi dan medali namun bagaimana nilai-nilai universal yang terkandung dalam olahraga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik itu di sekolah, maupun di tempat kerja. (Alek)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here