Prioritas.co.id.Surabaya – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan untuk target 99 hari kerja selanjutnya yaitu merealisasikan dan mewujudkan Milenial Job Center (MJC). Dimana, masa kerja 99 hari pertama program Gubernur Jatim. Kini, masa kerja telah sampai pada 86 hari kerja dan sejumlah target telah dilaksanakan kecuali realisasi Milenial Job Center (MJC).
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa di Gedung Grahadi, Jumat (10/5) mengatakan, 99 hari kerja terbagi dalam tiga termin. Termin 33 hari kerja pertama, 33 hari kerja kedua dan saat ini telah memasuki 33 hari kerja ketiga. “Kita siapkan milenial job center. Sebelum berakhir 33 hari ketiga akan kita wujudkan,” ungkap Khofifah.
Gubernur Khofifah mengaku, pada 33 hari pertama dan kedua pihaknya telah melakukan evaluasi. Di antaranya terealisasinya PKH plus sejak 33 hari pertama. Sementara pendidikan Tis-tas (Gratis – berkualitas) diakuinya baru akan dimulai pada Juli mendatang menyesuaikan tahun ajaran baru. Karena data siswa juga masuk setelah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). “Kalau anggaran dan sistem (Tis-tas) sudah berjalan dan siap,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak terkait pesiapan MJC mengatakan apa yang tercantum dalam buku 99 hari kerja belum memuat seluruh program Pemprov Jatim. Tetapi, 99 hari kerja merupakan program unggulan pada Nawa Bhakti Satya. Seperti Tis-tas, Getar Madura, penguatan kebencanaan, penanganan das Brantas dan terakhir ada MJC. “Pada 33 hari pertama telah terlaksana dengan baik. Termasuk Kopilaborasi dan saat ini kita masuk pada 33 hari ketiga pada Ramadan ini akan kita wujudkan pilot project MJC,” tutur Emil.
Menurutnya, MJC bukan sesuatu yang instan, sudah include dalam rencana anggaran 2020. Tetapi launching untuk pilot project akan dilakukan sebelum lebaran ini. Karena mentor sudah didapat dari perusahaan yang sesuai. Klien yang sudah berkomitmen untuk menjadi pilot project MJC. “MJC ini kan baru, saya ke mana-mana dan ketemu start up termasuk investor mengakui bahwa ini baru. Kalau match making antara tenaga dengan perusahaan ada. Tapi kalau pengembangan karir dari bawah bawah belum ada pada konsep gig economy,”paparnya.
Pada pilot project MJC, Emil menargetkan ada 10 klien pada lima public sector dan lima private sector. Kemudian ada lima mentor dari lembaga yang berbeda dengan 10 talent. “Kita sudah mengajak beberapa komunitas digital yang sangat aktif. Nanti akan kita observasi saat perjalanan MJC ini,” ungkapnya.
Terkait evaluasi selama masa 85 hari kerja, Emil mengakui ada variasi yang beragam terhadap program yang berjalan. Misalnya ada satu aplikasi yang digunakan untuk memantau keluhan masyarakat terhadap jalan dari PU Bina Marga Jatim
Dengan aplikasi ini masyarakat bisa menyampaikan lokasi jalan menggunakan GPS untuk segera mendapat penanganan. Aplikasinya berupa Quick Respon Road Manajemen System (QRRMS). “Terus terang memang bervariasi tingkat kecettarannya. Karena dalam penanganan jalan, sesungguhnya ada kewenangan yang berbeda. Apakah pusat, jalan provinsi atau daerah,”pungkasnya. (Umar/munawar)