Prioritas.co.id.TANGGAMUS – Polda Lampung menggelar dialog interaktif / talkshow mengangkat tema “Negative Campaign Or Black Campaign” menuju Pemilu Aman, Damai dan Sejuk di Aula Islamic Center Kota Agung Kabupaten Tangamus, Senin (4/2/19).
Talkshow menghadirkan Komisioner KPU Lampung Handi Mulyaningsih, Akademisi Unila Dr. Budiyono dan Karo Ops Polda Lampung, Kombes Pol Yosi Haryoso ini, digagas Polda Lampung bekerjasama dengan Stasiun TVRI Lampung.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Wakapolda Lampung Brigjen Pol Drs. Teddy Minahasa, SH. S.Ik. Kapolres Tanggamus AKBP Hesmu Baroto, S.Ik. MM. Wakil Bupati Tanggamus Hi. AM. Safii, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Setdakab Pringsewu Andi Wijaya, ST. Kasdim 0424/TGM Mayor Inf. Suhada Erwin, Kajar Tanggamus David. P. Duarsa, SH. MH., Ketua PN, Kalapas Kota Agung, Perwakilan Kajari Pringsewu.
Kemudian diikuti ratusan peserta perwakilan, ormas keagamaan, OKP, Lembaga Profesi Wartawan, LSM, dan juga siswa sekolah sebagai generasi milenial calon pemilih pemula.
Dalam kesempatan itu Handi Mulyaningsih menegaskan, jaminan kenyamanan menjadi salah satu faktor penting dalam suksesnya pelaksanaan Pileg dan Pilpres 2019. Itu di luar jaminan keamanan.
“Utamanya kenyamanan bagi penyelenggara pemungutan suara di tingkat tempat pemungutan suara. Sebab, petugas yang ada sangat membutuhkan kenyamanan saat mereka mencatat dan menyalin perolehan hasil suara,” tuturnya.
Sampai saat ini, menurut dia, masih ada tiga pekerjaan yang harus bisa diselesaikan oleh KPU. Yakni masalah kampanye rapat umum, kampanye di media cetak dan online, serta pelipatan kertas suara.
“Jadi sekarang, KPU tinggal menyelesaikan masalah logistik, khususnya untuk Kabupaten Lamsel dan Kota Metro, yang tinggal menunggu surat suara saja. Kalau untuk kabupaten lain seperti Lampung Barat, Pesisir Barat, dan Waykanan, alhamdulilah sudah terdistribusikan dengan baik,” terangnya.
Handi menegaskan, diperkirakan pada awal April, kotak suara sudah bisa meluncur ke kecamatan. Lalu soal KPPS, Handi Mulyaningsih menyinggung, harus bisa menulis dan menyalin hasil perolehan suara dengan baik. Tanpa adanya tekanan dan intervensi dari pihak manapun.
“Ini adalah proses kontestasi, di mana semua orang cenderung ingin menang. Untuk itu, dibutuhkan pengawasan dan dukungan dari semua elemen yang ada,” ujarnya.
Sementara Karo Ops Polda Lampung, Kombes Pol Yosi Haryoso berpendapat, negatif campaign, faktanya lebih menunjukkan pada adanya kekurangan yang dimiliki oleh seseorang.
“Kalau black campaign justru memiliki kecenderungan, tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya,” terangnya.
Karena dalam pemilu, kata Karo Ops, yang ingin dibangun melalui pemilu dan prosesnya, adalah peradaban. Maka harus seduluran selawase (bersaudara selama-lamanya).
“Saya tetap berkeyakinan, kalau di Tanggamus dan Pringsewu seduluran selawase,” sebutnya disambut tepuk tangan para peserta talk show.
Terakhir menurut Dr. Budiyono, bicara soal negative campaign (kampanye negatif), sebenarnya sudah dimulai oleh KPU sendiri.
“Dengan diumumkannya, rekam jejak bagi caleg yang pernah tersangkut hukum, ini merupakan bagian dari negative campaign,” ungkap Budiyono yang sekaligus pengamat politik dan hukum.
Menurut Budi, negative campaign lebih kepada masalah menyampaikan apa yang menjadi kelemahan yang dimiliki oleh calon.
“Tapi, kalau black campaign, merupakan sebuah tindakan menyampaikan informasi yang bohong. Dan jelas itu tidak boleh dilakukan,” tegasnya.
Pemilu 2019 ini, menurut dia, bukan pemecahan bangsa. Melainkan menjadi pemersatu bangsa. Untuk itu harus bisa dikelola dengan sebaik mungkin.
“Kampanye yang menjual program, ini yang jauh lebih pas. Ketimbang kita mengungkit-ungkit kesalahan orang,” tandasnya.
Acara talk show juga diisi dengan tanya jawab dari peserta yang dibagi kedalam beberapa sesi, bahkan pemilih pemula yang yang berhasil menjawab pertanyaan diberikan dorprize, kemudian juga dilaksanakan deklarasi Pemilu Aman, Damai dan Sejuk ditutup foto bersama. (rils)
Laporan : Borneo