Prioritas.co.id, Pringsewu – Polda Lampung bersama Polres Pringsewu mengadakan Focus Grup Discussion) FGD dengan tema “peningkatan peran potensi masyarakat dan komunikasi pesantren dalam mencegah dan menangkal radikalisme, terorisme dan narkoba guna memelihara situasi Kamtibmas yang kondusif demi keutuhan NKRI”.
Acara yang digelar di hotel Urban Pringsewu dihadiri Wadir binmas Polda Lampung AKBP Abdurahman Napitupulu, SH, Msi, Kasubdit Kamneg DitIntelkam Polda Lampung AKBP Dafiyudi, sh, Waka Polres Pringsewu Kompol Misbahudin, Ken Aryawan dari NII Crisiscenter, Ketua MUI Prof dr Hairudin Tahmid, perwakilan BNN Lampung Mu, Kesbangpol Pringsewu, Kepala MUI Kabupaten Pringsewu dan para tokoh agama, pengasuh pondok pesantren, BEM se Kabupaten Pringsewu, serta para Babin kamtibmas se Kabupaten Pringsewu.(20/2).
Wakil Direktur Binmas Polda Lampung AKBP Abdurrahman Napitupulu, SH. MH dalam sambutanya, beliau mengajak komunitas pesantren dan masyarakat untuk berpartisipasi dan mengantisipasi dalam mencegah paham Radikal dan Anti Pancasila untuk menjaga keutuhan NKRI.
“Perlu dipahami oleh kita semua, bahwa penyelenggaraan keamanan tidak akan berhasil bukan hanya dilakukan oleh Polri dan instansi lain semata, melainkan diperlukan partisipasi seluruh komponen masyarakat, saat ini ancaman radikalisme, terorisme dan Narkoba sudah memprihatinkan serta menjadi perhatian semua pihak. Tentunya ini menjadi tanggung jawab kita semua terutama yang hadir disini untuk bersama sama mencegah dan menangkalnya,” Katanya.
Dikatakan, Paham ideologi identik dan melekat pada dalam jiwa seseorang, kalau seseorang sudah melekat paham itu sangat sulit, sedangkan kekuatan polisi tidak sebanding dengan masyarakat kalau di banding 1 polisi berbanding 1000 orang.
“Sedangkan logikanya tidak mungkin karena idealnya 1 polisi untuk 300 orang dan babin kita menjaga 1 Babin tiga desa, akankah keamanan masyarakat bisa menjamin tidak mungkin maka peran masyarakat dengan melalui tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemuda bisa mengambil bagian sehingga tidak timbul gangguan Kamtibmas di masyarakat,” Ungkapnya.
Dalam kegiatan tersebut Polri menghadirkan lima narasumber sebagai pemateri yaitu Direktur Intelkam Polda Lampung yang diwakili oleh Kasubdit Kamneg AKBP Dafiyudi, SH. MH, Ketua MUI Prov Lampung Prof Dr Hairudin Tahmid, perwakilan BNN Prov Lampung Fathazal Ali, S.I. Kom, Ken Setiawan Mantan Panglima kelompok Negara Islam Indonesia (NII) dan Kaban Kesbangpol Pringsewu Sukarman.
Sementara itu Ken Setiawan Mantan Panglima kelompok Negara Islam Indonesia (NII) yang merupakan salah satu organisasi terlarang di Indonesia.
Dalam kapasitasnya, Ken Setiawan diminta membantu Polda Lampung dalam menanamkan rasa cinta terhadap NKRI. Hal itu dilakukan dengan menceritakan pengalaman kelamnya ketika tergabung dalam organisasi NII.
Untuk memastikan materi deradikalisasi ini sampai ke pihak yang tepat, Polda Lampung mengundang sejumlah pelajar dan mahasiswa, perwakilan organisasi, lembaga pemerintah, sosial dan keagamaan.
Dengan itu Polda berharap bisa menjadi penyambung lidah atau mitra kepolisian untuk menangkal radikalisme, terorisme dan intoleransi dalam masyarakat.
Ken Setiawan sendiri saat ini menjadi pionir gerakan Negara Islam Indonesia Crisis Center ( NII Crisis Center) yaitu sebuah organisasi yang gerakannya menjadi bilik aduan masyarakat serta motor pencegahan atas gerakan NII yang saat ini dianggap menyesatkan Ummat.
“Tidak perlu muluk-muluk bagi NII dalam melakukan kaderisasi”, Ungkap Ken Setiawan.
Bahkan Ken Setiawan memberikan simulasi dalam 2 menit orang bisa mengkafirkan dirinya.
Selanjutnya “Cukup membuat dialog singkat, perlahan mengubah kalimat syahadat, mentransisikan pola gerakannya ke arah yang modern, lalu melakukan tahap pembinaan dengan iming-iming surga dengan Instan”. Terangnya dalam FGD ini.
Ken menilai bahwa organisasi intoleran dan radikal memanfaatkan kesempatan menggaet calon anggota baru saat situasi bangsa sedang terpecah belah seperti saat ini. Hal tersebut menjadi potensi besar bagi NII untuk bisa kembali bangkit.
Bahkan ketika keadaan terjadi konflik maka itu dianggap sebuah peluang besar untuk meruntuhkan pemerintah yang dianggap zalim dan taghut.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini Ken mengajak seluruh lapisan masyarakat yang hadir untuk bersama sama memerangi pemikiran memecah belah tersebut.
Yaitu dengan cara merangkul segenap lingkungannya untuk kembali berpegang teguh pada Pancasila.
Caranya “Kita harus berusaha satukan perspektif dahulu tentang Radikalisme dan Pancasila yang dianggap taghut. setelah itu baru bisa merapatkan barisan untuk melawannya agar masyarakat tidak terpengaruh dan terpapar paham radikal”.
Ken Setiawan menekankan bahwa saat ini orang-orang yang terjebak dalam paham radikalisme, intoleransi dan terorisme ialah akibat tidak mau belajar, malas, dan taklid dalam satu kelompoknya saja yang dianggap paling benar.
“Akibat adanya paham sesat radikal, intoleran, dan anti Pancasila inilah masyarakat jadi banyak salah kaprah tentang ajaran Islam. Banyak yang akhirnya masyarakat pobia terhadap agama, bahkan ada orang tua yang tidak membolehkan anaknya belajar agama disekolah atau di kampus karena takut anaknya direkrut kelompok radikal,
Karena kewaspadaan yang berlebihan akhirnya anak mereka tidak dibekali ilmu agama yang otomatis akan terancam dengan bahaya baru, misalnya narkoba, pergaulan bebas, hoax dll.
Ken berharap masyarakat memahami konsep Pancasila dengan Bhineka Tunggal Ika, walaupun berbeda beda tetapi tetap satu, setiap agama bisa hidup damai saling berdampingan dengan toleransi tanpa adanya kecurigaan dari setiap pihak karena pada dasarnya tidak ada agama yang mengajarkan kebencian.
“Sehingga kita bisa tetap hidup berdampingan dengan semua saudara kita dari berbagai latar belakang apapun”,
Agama itu menjadi rahmat, ketika belajar agama otomatis ahlaknya menjadi baik, jadi kalau ada orang mengaku beragama tapi dia mengajarkan kebencian, hujatan dan caci makian hendaklah jangan di ikuti, saya yakin dia belajar dengan orang atau guru yang salah.
Belajarlah agama dengan paripurna kepada ahlinya yang jelas, bila sudah sembunyi sembunyi, selalu menyalahkan orang lain bahkan sampai dalam tahap mengkafirkan orang lain, segera tolak, bila terus memaksa, laporkan ke aparat terdekat.
Totak ukurnya mudah, agama itu menjadikan pemeluknya menjadi tersenyum dan membuat orang tersenyum , jadi bila ada orang mengajarkan agama dengan pemarah berarti itu ajaran sesat, jangan ikuti, karena bisa menyesatkan, tutup Ken Setiawan di akhir diskus. (Rls)