Nagekeo, Prioritas.co.id – Puluhan Petani dan Peternak gabungan dari beberapa kelompok Tani dan juga para penyuluh lapangan di Kabupaten Nagekeo, NTT, mengikuti bimbingan teknis penguatan kapasitas dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan pupuk organik dari bahan lokal.
Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Sinar Kasih, Mbay, pada Selasa 8 November 2022, ini atas kerjasama Dirjen Sarana dan Prasarana Pertanian Kementerian Pertanian dan Komisi IV DPR RI melalui anggota DPR RI dari dapil NTT 1 Julie Sutrisno Laiskodat.
Dalam bimtek ini para peserta disuguhkan beberapa materi terkait pengelolaan pupuk organik salah satunya materi terkait pemanfaatan bahan organik lokal untuk kesehatan tanah dan peningkatan produksi pertanian.
Yustina Retno Widyati Sub Koordinator Pupuk Organik dan Pembenah Tanah, Direktorat Pupuk dan Pestisida Dirjen Sarana dan Prasarana Pertanian menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan agar para petani dan peternak terutama yang tergabung dalam kelompok penerima manfaat mendapatkan pendampingan lebih lanjut berkaitan dengan penggunaan pupuk organik.
“Tujuan terakhirnya itu adalah bagaimana petani bisa menyiapkan pupuk organik sendiri” jelas Yustina.
Disampaikan Yustina, Kelompok Tani penerima manfaat mendapat kucuran dana dari Pemerintah sebesar Rp 200 juta yang mencakup lima komponen antara lain limbah kompos, limbah ternak, kandang, alat pengolahan pertanian dan kendaraan roda tiga. “Harapan kami terutama bagi yang akan menerima, setelah dari sini bisa membuat pupuk untuk kebutuhan sendiri” ucapnya.
Tony Basuki Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional mengatakan bimtek yang dilaksanakan pada hakikatnya memberikan pemahaman yang lebih kepada para petani dan peternak terkait kondisi tanah serta karakteristik daripada pupuk organik yang akan digunakan.
Ia menjelaskan petani dan peternak idealnya harus memahami tiga hal utama yakni tanah sakit dan tanah sehat, pupuk organik yang memenuhi standar juga memanfaatkan bahan lokal untuk pembuatan pupuk organik secara mandiri. Proses produksi yang diajarkan ini adalah proses produksi yang tidak membutuhkan biaya dari luar dengan memanfaatkan mikroba lokal kemudian diproses secara mandiri pula oleh petani itu sendiri.
“Outputnya adalah pengetahuan ini bisa mereka (Petani) gunakan untuk perbaikan tanah-tanah sakit dan meningkatkan produktivitas tanah. Jadi bimtek ini sebenarnya menaikan standar dan pengetahuan mereka terkait pupuk organik” jelas Dia.
Dia berharap pelatihan tersebut tidak hanya sebatas seremonial belaka, akan tetapi para peserta harus mampu mengimplementasikan sendiri di lapangan sesuai dengan ilmu dan pengetahuan yang diajarkan. “Kehadiran saya, saya menstimulasi mereka dengan pengetahuan baru dan segar agar mereka semangat, pulang lakukan” pesannya.
Marselinus Lowa salah satu peserta Bimtek dari Kecamatan Boawae mengapresiasi kegiatan tersebut. Bagi Dia, Bimtek tersebut sangat bermanfaat bagi petani dan peternak di Nagekeo yang kaya akan bahan lokal pembuatan pupuk organik. “Positive sekali, karena setelah bimtek ini kita bisa kembangkan secara kelompok dan juga orang per orang. Khusus saya, saya ingin menerapkan ini, apalagi saat ini dengan kelangkaan pupuk kimia, kita bisa beralih ke Organik” katanya.
Marsel melihat, ketersediaan bahan baku lokal untuk pembuatan pupuk organik sebenarnya sangat banyak, hanya, tinggal bagaimana inisiatif dan kreatifitas daripada petani dan peternak untuk bisa melihat peluang ini. “Saya punya lokasi sangat potensi untuk bisa kembangkan ini, dan pulang akan saya lakukan” ungkap Petani asal Kelawae ini. (Arjuna)