Prioritas.co.id, Lampung Selatan – Sejak Fenomena langka Super Blue Blood Moon, Rabu (31/1) lalu, arus penyeberangan di pelabuhan Bakauheni – Merak berjalan normal hingga saat ini, Jum’at (02/02/18).
Namun berbeda dengan kondisi di pelabuhan Merak, Banten. Perairan di sekitar dermaga IV, V dan VI Pelabuhan Merak kerap dilanda gelombang tinggi dan alun laut. Ini menyebabkan kapal yang merapat di Bakauheni berkurang.
Kepada sidaknews.com, manager operasional PT ASDP cabang Bakauheni Sugeng Purwomo, mengatakan sejak fenomena langka gerhana bulan akhir Januari lalu, arus penyeberangan dari pelabuhan bakauheni – merak normal. Pelayanan di Pelabuhan Bakauheni terganggu cuaca ekstrem pada Minggu-Senin (28/29-1/18) pekan lalu. Saat itu hanya kapal berkapasitas besar diatas 5.000 grosston (GT) saja yang beroperasi,” paparnya didampingi humasnya Saiful, Jumat (02/02/18).
Menurut dia, dampak yang disebabkan gerhana bulan super blue blood moon, yakni air laut pasang sampai 1 hingga 2 meter dari pesisir pantai. Selain air laut pasang, banjir rob juga akan melanda pesisir pantai yang landai. Intensitas hujan yang tinggi diserrtai petir akan melanda sejumlah daerah hingga menyebabkan banjir di daratan. Namun hingga saat ini dampak dampak dari gerhana bulan belum terjadi diperairan selat sunda. Kalau soal jadwal kapal dikurangi kami hanya menyesuaikan dngan kondisi pelabuhan Merak,” ujar Sugeng.
“Infonya dermaga IV hingga 6 pelabuhan Merak sering tutup, karena kerap dilanda gelombang tinggi dan alun laut besar, membuat kapal kapal kecil dibawah 5.000 GT, dilarang beroperasi,” katanya.
Prakiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota cilegon, Banten, cuaca ekstrem seperti ini cukup panjang hingga beberapa bulan ke depan. Namun saat ini, kondisi angin dan gelombang masih cukup normal. Sedangkan alun laut masih mengganggu aktivitas kapal yang membuka pelayanan di Dermaga IV hingga VI.
General Manajer PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Utama Merak, Fahmi Alweni, kepada sidak News mengatakan untuk keselamatan pelayaran, jumlah kapal yang beroperasi di lintasan Merak – Bakauheni dikurangi saat kondisi cuaca ekstrem. Diperairan sekitar dermaga IV, V dan VI menjelang magrib kerap dilanda gelombang tinggi dan alun laut besar, sehingga tidak bisa beroperasi maksimal, hanya kapal diatas 5.000 GT yang bisa sandar di dermaga itu. Bahkan tak jarang juga tutup,” ujarnya, Jumat (02/02/18).
Kapal yang beroperasi saat ini, ujar Fahmi, dikurangi dari jumlah sebanyak 30-32 kapal menjadi sekitar 19 unit kapal berukuran besar doatas 5.000 GT. Ia mengakui cuaca ekstrem telah mengganggu waktu bongkar muat hingga kerusakan pada bantalan fender di dermaga V Ia berharap cuaca buruk yang diprediksi akan terjadi hingga beberapa bulan kedepan tidak seperti bulan November 2017 lalu,” pungkasnya. (Sumber: sidaknews.com)