Pemkab Nagekeo Harus Ambil Langkah Konkret Atasi Penyebaran ASF

0
273
Anggota DPRD Nagekeo asal PKB, Odorikus Goa Owa.

Prioritas.co.id.Nagekeo – Pemerintah Kabupaten Nagekeo diharapkan mengambil langka dalam mengantisipasi penyebaran virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika gelombang kedua ini.

“Yang perlu dilakukan adalah penjagaan secara ketat daerah perbatasan dengan daerah-daerah yang sudah terpapar virus ASF, sehingga pemasokan ternak babi dari luar daerah yang telah terpapar, mudah dideteksi” ungkap Anggota DPRD Nagekeo asal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Odorikus Goa Owa saat diwawancarai Senin (16/01/2023).

Odorikus mengapresiasi Pemkab Nagekeo melalui Dinas Peternakan yang sudah mengeluarkan surat himbauan kepada masyarakat terkait waspada virus ASF.

Anggota DPRD Nagekeo dari Fraksi PKB, Odorikus Goa Owa.

Kendatipun demikian, menurut Odorikus sejatinya, surat himbauan tidak hanya sebatas di atas kertas, akan tetapi harus dibarengi dengan tindakan konkret di lapangan.

“Saat ini geliat usaha peternakan babi sudah mulai dijalankan oleh masyarakat peternak pasca pandemi Virus AFS tahun lalu, ini berdampak langsung pada peningkatan pendapatan masyarakat” ungkapnya.

Lebih jauh, lulusan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang ini menyarankan agar, dalam antisipasi penanganan penyebaran virus ASF, utuh kerja sama lintas sektor baik pemerintah daerah, pemerintah Desa dan masyarakat.

Dinas Peternakan mengeluarkan himbauan kepada masyarakat terkait antisipasi penyebaran virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika ASF.

Himbauan tersebut berdasarkan surat edaran nomor 524.3/DISNAK-NGK/62/01/2023 kepada seluruh Masyarakat Kabupaten Nagekeo.

“Untuk waspada penyebaran ASF ini kita ada surat himbauan untuk masyarakat” tutur Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nagekeo Clementina Dawo di ruang kerjanya pada Senin 16 Januari 2023.

Clementina menjelaskan bahwa seluruh daratan Flores termasuk Nagekeo masuk dalam kategori Endemik ASF. Meski demikian, menurut Clementina untuk saat ini, belum ditemukan ternak babi di Kabupaten Nagekeo yang terjangkit ASF.

Adapun surat himbauan tersebut memuat beberapa poin penting antara lain menjelaskan tanda-tanda klinis ternak babi yang terjangkit Penyakit ASF seperti demam tinggi, depresi,
anoreksia (tidak mau makan), perdarahan pada kulit (kemerahan pada telinga, perut dan kaki), keguguran pada induk bunting, sianosis (kebiruan pada kulit), muntah, diare, kematian dalam waktu 6-13 hari. Tingkat kematian bentuk ini dapat mencapai 100%;

“Penyakit ini tidak bersifat Zoonosis atau idak menular dari hewan ke manusia” jelasnya.

Dinas Peternakan juga berharap masyarakat menolak atau melarang terhadap pemasukan ternak babi, produk babi (segar dan olahan seperti se’i, dendeng, roti babi, dll), hasil ikutan lainnya dari wilayah tertular, tidak menjual/membeli ternak babi yang sakit.

Selanjutnya, masyarakat atau peternak jiga diharapkan mampu meningkatkan biosecurity dimana hanya peternak dan petugas kandang yang boleh masuk ke area kandang. Meningkatkan kekebalan ternak babi dengan cara pemberian pakan yang baik dan
pemberian vitamin, tidak memberikan makanan hasil limbah dari olahan babi ke ternak babi

Selanjutnya, perlu meningkatkan kebersihan dan sanitasi kandang dan peralatan dengan desinfektan seperti baycline dengan takaran 1 tutup botol baycline dicampur dengan 10 gayung air.

“Jika ternak babi sakit harus dipisahkan dari babi yang sehat dan ternak babi yang mati segera dilaporkan kepada petugas 1 x 24 jam untuk di observasi lebih lanjut. Ternak babi yang mati harus dibakar atau diberi soda api lalu dikuburkan untuk mencegah penyebaran” pesan Dia.

Selain himbauan, Dinas Peternakan juga melarang untuk memotong dan mengedarkan daging dari ternak babi yang sakit.

Clementina, meminta kepada Pemerintah Desa atau Kelurahan yang sudah merencanakan pengadaan ternak babi melalui Dana Desa tahun anggaran 2023 ini harus mengambil ternak babi lokal di Wilayah Kabupaten Nagekeo dan wajib melakukan uji PCR bebas ASF. (Arjuna)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here