Nagekeo.prioritas.co.id – Pemerintah kabupaten Nagekeo melalui Dinas Kesehatan menggelar rapat koordinasi pemeliharaan eliminasi malaria tingkat Kabupaten Nagekeo tahun 2023 di Hotel Pepita, Mbay Selasa 29 Agustus 2023.
Rapat koordinasi ini dihadiri oleh seluruh pimpinan SKPD di lingkungan Pemkab Nagekeo, seluruh pimpinan puskesmas se Kabupaten Nagekeo. Rapat koordinasi ini menghadirkan konsultan paruh waktu dari APLMA dr Ellya Dewi.
Bupati Nagekeo dalam sambutannya berharap dalam implementasinya, eliminasi malaria di Kabupaten Nagekeo dapat dilakukan dengan melibatkan semua stakeholder mulai dari Dinas terkait sampai ke kelompok kategorial di Desa-desa seperti dasawisma, OMK, remaja masjid dan organisasi masyarakat lainnya.
“Ini harus dijadikan gerakan bersama seluruh kelompok masyarakat dan harus punya kepedulian” pesan Bupati.
Dalam upaya eliminasi Malaria, Bupati mencontohi Pemerintah Kabupaten Sumba Barat yang sukses mengentaskan Malaria yang mana dikelola secara detail dari hulu sampai ke hilir termasuk pengelolaan lingkungan yang baik dan sehat.
Berkaca dari Sumba Barat yang sukses dengan program eliminasi malaria, Don Bosco berpesan agar semua stakeholder khususnya di bidang kesehatan dan lingkungan hidup, tidak hanya menghabiskan waktu beretorika seputaran sosialisasi semata, akan tetapi harus diikuti dengan aksi nyata.
“Kita tidak bisa hanya habiskan waktu pidato-pidato di sini saja. Kita punya fasilitas kesehatan yang paling depan, bahkan tenaga kesehatan sudah dibekali dengan pengetahuan dan rapid test, apalagi faskes (alat diagnostik) sekarang sudah semakin mudah dan murah, kita harus belajar lebih banyak lagi untuk bisa menjelaskan tentang pengetahuan-pengetahuan kesehatan” katanya.
Di tengah derasnya arus informasi saat ini, orang dengan mudah mengakses informasi melalui media sosial maupun media pemberitaan lainnya. Terkait dengan hal ini, Bupati meminta agar setiap SKPD memanfaatkan Radio Suara Nagekeo di bahwa naungan Dinas Kominfo Kabupaten Nagekeo sebagai media publikasi dan sosialisasi ke masyarakat.
Dinas Kelautan dan Perikanan diminta untuk bisa membudidayakan ikan kepala timah yang mana yang mana bermanfaat sebagai ikan predator untuk membasmi jentik nyamuk malaria dalam air yang tergenang.
Di tempat yang sama, Konsultasi paruh waktu dari APLMA dr Ellya Dewi menyampaikan bahwa tinggi rendahnya endemis malaria di suatu wilayah itu artinya masih ada kasus lokalnya. “Itu yang kita jaga karena apabila kasus yang berasal dari luar masuk ke kabupaten kita kemudian dia membawa parasit malaria dalam tubuh dan di wilayah kita” jelas Ellya Dewi.
Apabila masih ada tempat-tempat perindukan nyamuk yang bisa melahirkan nyamuk-nyamuk anopheles maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kasus malaria lokal. Meski suatu daerah sudah menerima sertifikat eliminasi, akan tetapi ketika ada satu kasus malaria lokal, maka akan disebut sebagai kejadian luar biasa.
“Meskipun ada daerah yang sudah menerima sertifikat eliminasi satu kasus malaria lokal akan disebut sebagai kejadian luar biasa satu saja jadi tadi kita sudah sampaikan satu saja kasus lokal artinya apa kerja belum tuntas, kita menjaga jangan sampai ada kasus impor yang membawa potensi malaria” jelas Ellya Dewi.
Kepada peserta rapat yang hadir, mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo ini mengajak agar semua Stakehooder bisa berkomitmen mendukung Indonesia bebas malaria tahun 2023. (**)