Prioritas.co.id, Koba – Pemda Bangka Tengah (Bateng) menggelar audiensi program pengendalian penyakit TBC di ruang rapat Bupati Bateng, dihadiri oleh pihak Dinkes Provinsi Kepulauan Babel, tim balai besar kesehatan paru masyarakat Bandung, Kepala Dinkes Bateng dan peserta, Jumat pagi (2/8).
Dalam sambutannya, Bupati Bateng DR Ir H Ibnu Saleh MM, mengulas tentang penyakit tuberculosis (TBC) merupakan salah satu penyakit kronis (menahun) yang sudah dikenal lama dan ditakuti masyarakat karena menular, namun penyakit ini bisa diobati sampai sembuh.
Menurutnya, seperti diketahui penyakit TBC ini masih banyak ditemukan di seluruh lapisan masyarakat dari berbagai usia, tak terkecuali di Kabupaten Bateng ini. Maka dari itu, Pemda Bateng terus berupaya untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan penyakit ini dengan mengacu kepada pedoman dari Kementerian Kesehatan salah satu diantaranya melalui program Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS) TBC. Selain itu, penanganan oleh tenaga dan lembaga kesehatan dengan metode Direct Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau observasi langsung untuk jangka pendek. DOTS terdiri dari lima hal, yakni komitmen politik, pemeriksaan dahak di laboratorium, pengobatan berkesinambungan yang harus disediakan oleh negara, pengawasan minum obat, hingga pencatatan laporan.
“Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, ada diantara 150-250 kasus baru TB ditumukan di Bateng dengan keberhasilan pengobatan diatas 85 persen. Angka keberhasilan pengobatan ini, cenderung meningkat setiap tahunnya. Karena tingkat keberhasilan pengobatan, sangat tergantung pada pengetahuan pasien dan dorongan keluarga,” ujar Bupati Ibnu.
Sementara itu, lanjut Bupati Ibnu, Pemda Bateng memfokuskan menemukan kasus sedini mungkin dan memberikan pengobatan sampai selesai.
“Deteksi dini penjaringan kasus TB ini, kami selaraskan dengan pelaksanaan program Germas yang dipadukan untuk memperkuat program Indonesia sehat melalui pendekatan keluarga (PIS-PK),” katanya.
Selain itu, program pengendalian dan penanggulangan TBC juga merupakan salah satu indikator standar pelayanan kesehatan minimum yang harus jadi salah satu prioritas pelaksanaan. Jelas, TBC bukan hanya masalah kesehatan, tetapi membutuhkan pendekatan multidimensi untuk akhirnya dihilangkan.
“Seluruh lapisan masyarakat perlu mengenali gejala TBC, serta urgensi pengobatan sampai sembuh bagi setiap kasus TBC agar tidak berpotensi menular kepada orang di sekitarnya,” katanya.
Selain upaya diatas, Pemda Bateng juga mendukung dalam bentuk pembiayaan bersumber dari alokasi dana APBD Bateng setiap tahun dengan sasaran utama masyarakat selain fasilitas kesehatan.
“Disamping itu, kami juga membuka peluang terhadap penelitian dan pengembangan terkait pencegahan dan pengendalian TBC dengan sasaran langsung masyarakat,” pungkasnya. (Roni)