Pecahkan Mitos, Pemkab Harus Membuka Lahan Baru Untuk Menjamin Eksistensi Gambo di Muba

0
228

Prioritas.co.id.muba – Ditengah wabah pandemi Covid 19 yang telah meluluh lantakan berbagai sendi kehidupan diberbagai belahan bumi, termasuk Indonesia, dan Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) melejitnya nama batik gambo Muba dikancah nasional maupun internasional setidaknya menjadi kebanggaan tersendiri laksana pelipur lara bagi warga Bumi Serasan Sekate. Berbagai harapan pun mengalir untuk mempertahankan eksistensi petani dan pengrajin gambo agar gambo Muba tidak hanya sebatas nama tapi juga mengangkat perekonomian dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, terutama warga Desa Toman, Kecamatan Babat Toman sebagai sentra penghasil gambo di Muba.

Seorang aktivis warga Kecamatan Babat Toman, Idham Zulfikri, berharap pemerintah daerah bisa memberikan solusi lahan perkebunan gambo yang semakin hari semakin menyempit di desa Toman. Usia produktif tanaman gambo yang hanya mampu berproduksi selama 10 tahun menjadi penyebab utama berkurangnya lahan perkebunan gambo. Sementara, berdasarkan pengalaman masyarakat petani gambo, tanaman tersebut tidak bisa tumbuh dan berkembang pada bekas lahan yang pernah ditanami gambo.

Jika pemerintah daerah memang serius untuk mempertahankan eksistensi perkebunan gambo di Muba, lanjut dia, Pemkab Muba harus mampu memecahkan mitos bahwa gambo hanya bisa tumbuh dan berkembang diwilayah Desa Toman. Hal ini bisa dilakukan dengan membuka lahan perkebunan gambo diwilayah lain dalam Kabupaten Muba.

” Kami berharap pemerintah tidak hanya membuai petani dan pengrajin gambo dengan mimpi indah ketika nama gambo terbang tinggi menembus awan melalui batik gambo. Sementara pada kenyataannya bahan baku gambo itu sendiri menipis terancam habis dan hilang seiring dengan berkurangnya lahan perkebunan gambo di Muba,” kata Fikri yang juga merupakan koordinator LSM PP Sumsel, Selasa (16/3/2021).

Fikri mengaku sangat familiar dengan petani dan pengrajin gambo, karena pernah tinggal dan membaur selama sembilan tahun lamanya dengan rutinitas gambo yang memang menjadi andalan mata pencarian warga Desa Toman kala itu. Puluhan pabrik penggilingan daun gambo untuk diambil getahnya beroperasi sepanjang hari mulai dari Pal 1, pal 2 jalan menuju Desa Sei Angit. Selain itu, ratusan hektar kebun gambo juga terlihat membentang, puluhan sepeda motor maupun sepeda dengan keranjang penuh daun gambo terlihat wara Wiri sepanjang hari mengangkut daun gambo dari kebun menuju pabrik penggilingan.

Dibandingkan kondisi saat ini yang hanya menyisakan puluhan hektar kebun gambo dan sejumlah penggilingan yang masih bertahan tentunya sangat jauh berbeda, terang dia. Aktivitas gambo saat itu bisa dikatakan melibatkan hampir seluruh warga Toman. Ratusan hektar kebun gambo yang terbentang sampai ke pal 5 Sei Angit menjadi jaminan kemakmuran warga Toman ditengah melejitnya harga jual gambo dipasaran nasional.

“Dengan tekhnologi pertanian yang sudah maju ditambah banyaknya tenaga ahli pertanian di Muba saya rasa bukan hal yang sulit bagi pemerintah daerah untuk membuka lahan perkebunan gambo diluar desa Toman yang menjadi mitos selama ini. Ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk menjamin eksistensi gambo Muba,” tutup nya. (Dani)

.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here