Prioritas.co.id.Banten – Kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja, bahkan di dalam lingkungan pendidikan. Kekerasan bisa terjadi berulang-ulang, bertahun-tahun, tanpa diketahui orang lain sehingga korban mengalami trauma mendalam.
Seperti kekerasan seksual yang dilakukan seorang guru sekolah dasar (SD) berinisial EH di Kecamatan Baros, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Ia diduga telah melakukan tindakan pencabulan terhadap siswanya sendiri yang masih duduk di kelas 4. Ironisnya, tindakan bejat itu malah dilakukan sang guru di lingkungan tempatnya mengajar.
Hal itu terungkap juga di lingkungan sekolah. Kala itu, Jumat, 1 Maret 2019, sekitar pukul 10.00 WIB, perbuatan asusila itu terungkap. EH tertangkap basah oleh warga sekitar sedang berduaan dengan korban di salah satu ruangan sekolah. Saat ditemukan, korban sudah dalam kondisi setengah telanjang.
Warga yang menggerebeg jelas emosi. Mereka hampir hampir meluapkan kekesalannya beramai-ramai. Namun, petugas kepolisian yang sedang berada di lokasi segera menghindarkan pelaku dari amukan warga dengan dibawa ke Mapolsek Baros.
Emosi warga bukanlah tanpa alasan. Selain menangkap basah tindakan bejat pelaku kepada korban yang sudah dalam kondisi setengah telanjang, di lokasi itu warga juga menemukan cairan yang diduga merupakan bekas sperma pelaku. Karena banyaknya warga yang emosi yang berduyun-duyun mendatangi Mapolsek Baros, pelaku langsung dimasukkan ke ruangan Kapolsek Baros, AKP Dedi Rudiman.
Korban dicabuli sejak kelas 2 SD
Dedi mengatakan, dari hasil pemeriksaan sementara, EH diduga sudah beberapa kali melakukan tindakan bejat tersebut kepada korban. Bahkan, perbuatan asusila itu diduga sudah dilakukan sang guru saat korbannya masih duduk di bangku kelas 2 SD.
“Laporan sementara dari anggota kami, kejadian itu diduga sudah terjadi berulang kali, dari korban masih kelas 2 sampai sekarang sudah kelas 4,” tutur Dedi. Namun memang, korban selama ini tidak pernah menceritakan tindakan bejat sang guru. Ia takut dan trauma atas tindakan tersebut.
Meski begitu, akhir-akhir ini, korban sudah mulai mau menceritakan kondisi itu kepada orang tuanya. Apalagi, karena ia sering mengalami sakit di bagian alat kelaminnya ketika buang air kecil.
“Baru sekarang ini korban menceritakan kepada ibunya kalau mandi merasa sakit pada kemalauannya. Sebelumnya belum pernah cerita apa-apa. Pada saat kami mau minta keterangan, korbannya juga masih trauma,” ucap Dedi.
Namun, Dedi menambahkan, laporan itu masih disebut sebagai dugaan. Alasannya, ia menunggu laporan utuh dari anggota kepolisian Polsek Baros yang melakukan pengembangan.
Korban tidak hanya seorang
Pendi adalah salah seorang yang menangkap basah perbuatan EH dengan korban. Kala itu, ia ingin menjemput anaknya di sekolah tempat korban menempuh pendidikan, tapi malah mendapatkan pelaku sedang melakukan tindakan asusila kepada anak muridnya dengan kondisi korban sudah setengah telanjang.
“Enggak terima, jelas saya enggak terima. Kalau orangnya di luar, udah babak belur sekarang juga! Tuman, saya mah enggak takut. Sudah niat dari rumah juga karena marah sama dia,” kata Pendi, yang juga datang ke Mapolsek Baros.
Ia pun menambahkan, kejadian itu ternyata bukan sekali dan korbannya pun bukan satu orang. “Sekarang mah kebuka semua, bukan satu doang korbannya. Banyak ternyata anak-anak yang jadi korban sama dia,” ujar Pendi sambil meluapkan kekesalan. (red)