Prioritas.co.id, Palembang – Seorang pemulung di Palembang kena amuk warga karena mencuri tas dalam mobil.
Pencurian yang di lakukan oleh tersangka Ridho Ilahi (26) warga keluarahan 32 Ilir kecamatan IB.ll Palembang terjadi rabu,(16/11) siang di jalan Parameswara kelurahan Bukit Baru kecamatan IB.l Palembang.
Saat kejadian korban sedang masuk rumah mau ambil nasi sedangkan mobil parkir tepi jalan depan rumahnya, saat keluar tetangga korban memberitahukan ada pemulung yang buka pintu mobil mengambil barang kemudian langsung lari.
Kemudian korban M.Yustian Setiawan (34) mengejar dan mencari pelaku dan berhasil menemukan tersangka dan menangkapnya di jalan Hulu Balang lorong Bulus tidak jauh dari rumahnya.
Setelah di tangkap korban pelaku yang merupakan residivis pernah masuk penjara dengan kasus yang sama sempat di amuk warga dan di ikat di tiang listrik agar tidak lari.
Namun nyawa Ridho Ilahi tertolong oleh anggota unit ll Jatanras Polda Sumsel yang patroli berhasil mengamankan pelaku dari amukan warga, kemudian pelaku dibawa ke Mapolda bersama korban guna membuat laporan.
“Tersangka ditangkap pada saat melakukan aksi pencurian tas dalam mobil yang sedang terparkir di pinggir jalandi di mana pintu mobil terbuka sikit, aku melihat ada tas dalamnya, lalu aku buka pintu ambil tas masukan ke dalam karung “sebut tersangka.
Pada saat melakukan aksi, kami berdua dengan kawan, pada saat saya mengambil Tas itu kawan saya lari dan belum tertangkap.
Tersangka pernah dua kali masuk penjara dalam kasus 363, dirinya baru dua minggu keluar penjara di LP Pakjo.
“Diakui terpaksa saya harus curi untuk biaya berobat orang tua, “lanjut Ridho.
Sedangkan korban M Yustian Setiawan mengatakan, saat kejadian saya dalam rumah orang bilang ada yang buka pintu dan ambil tas dalam mobil, tas saya letakan di jok sopir depan.
“Orang bilang yang curi pemulung langsung saya cari dia, ada orang bilang lihat pemulung bawah karung jalan langsung saya kejar dan tangkap, tas di masukan dalam karung sempat di buang pelaku, isi didalam tas itu ada Handpone dan uang, “ucap Yustian. (Iskandar Mirza)
