Oleh: Anton Marulam
Partai Demokrat Provinsi Kepulauan Riau dalam waktu dekat akan melakukan pemilihan ketua baru. Hal ini dilakukan menyusul dipecatnya Ketua Demokrat Kepri, Apri Sujadi pada 4 April 2021.
Apri dinilai membelot karena ikut menghadiri kongres luar biasa (KLB) Partai Demokrat pro Moeldoko di Deli Serdang, Sumatera Utara.
Pasca ditinggalkan Apri, beberapa nama kader partai berlambang Mercy itu mulai muncul ke permukaan. Setidaknya ada tiga nama yang menjadi calon kuat dan pantas untuk menakhodai Partai Demokrat Kepri.
Ketiga nama itu adalah mantan anggota DPRD Kepri dapil Tanjungpinang Husnizar Hood, mantan Gubernur Kepri Isdianto, dan mantan anggota DPRD Provinsi Kepri dari daerah pemilihan Batam Asnah.
Husnizar Hood dikenal secara luas oleh masyarakat Tanjungpinang. Sejak tahun 2003, ia telah aktif di dunia politik saat bergabung dengan partai Golkar. Husnizar kemudian sempat dipinang partai PDK Kepri sebelum akhirnya berlabuh di Partai Demokrat.
Sejak menjejakkan kaki di partai inilah namanya kian melejit. Selain menjadi ketua partai, ia berhasil duduk menjadi anggota DPRD Tanjungpinang dari dapil Bestari.
Tidak sampai di situ saja, Husnizar kemudian bersaing menjadi anggota DPRD Kepri hingga berhasil menduduki jabatan sebagai wakil ketua DPRD Kepri.
Husnizar juga aktif sebagai budayawan dengan menduduki jabatan sebagai Ketua Dewan Kesenian Kepri sejak 2000-2014. Husnizar juga dikenal sebagai penulis aktif di berbagai media cetak. Hingga kini, setidaknya ia telah menghasilkan 5 buku yang berisi kumpulan puisi dan rangkuman kolom. Kini Huzrin menjabat sebagai Sekretaris DPW Partai Demokrat Kepri.
Sedangkan Isdianto merupakan seorang birokrat yang meniti karir dari bawah sebagai pegawai negeri di Karimun. Ia kemudian dimutasi menjadi menjadi salah satu kepala dinas di Pemprov Kepri. Karirnya kemudian menanjak setelah ia beberapa kali menjabat kepala dinas, hingga akhirnya diangkat menjadi wakil gubernur. Kemudian Isdianto ditetapkan sebagai gubernur definitif, setelah Gubernur Nurdin Basirun ditangkap oleh KPK.
Sementara calon yang terakhir yakni Asnah awalnya merupakan anggota kader dan anggota legislatif dari Partai Gerindra. Ia kemudian berpindah partai dan bergabung sebagai kader Demokrat.
Asnah dan suaminya, Saparudin Muda, dikenal memiliki banyak massa yang tergabung di ormas Persatuan Pemuda Tempatan (Perpat) Batam. Selain memiliki pengalaman politik yang mumpuni, massa Perpat dipastikan akan menambah energi Partai Demokrat khususnya menghadapi pesta demokrasi 2024.
Terkait sistem pemilihan di Partai Demokrat yang telah berubah, di mana dalam pemilihan ketua DPD harus melalui keputusan DPP; serta masing-masing calon harus mengantongi minimal dua dukungan suara di DPC, maka persaingan ketua kali ini kian menarik untuk dicermati. Karena ada tujuh DPC di Kepri, maka siapa yang dapat meyakinkan DPP, besar kemungkinan dia yang akan menjadi ketua DPD.
Menariknya apakah Demokrat kembali di posisi tiga besar di Kepri pada pemilu 2024? Jawabannya sejauh mana calon terpilih nanti dapat menjalankan fungsi ketua dengan baik guna menghidupkan kembali mesin partai. Tak kalah penting tentunya caleg yang dijagokan dapat diterima oleh pemilih.