Prioritas.co.id.Surabaya – Vivaldi Octavianto Rosadi tersenyum cerah ketika menceritakan perjalanannya untuk meraih kelulusan dari Program Studi Teknik Sipil Universitas Narotama Surabaya. Tidak hanya karena IPK nya yang cukup tinggi, tapi juga karena penelitian yang ia lakukan cukup membanggakan. Valdi meraih IPK 3,89 dengan tugas akhir tentang beton dari batok kelapa.
“Batok kelapa dalam penelitian ini adalah sebagai agregat dalam pembuatan beton, dengan tambahan polivinil asetat (PVAC) sebagai perekat,” jelas Valdi. Batok kelapa itu dihancurkan hingga berukuran 10-20 mm sebagai agregat kasar. Sedangkan agregat halusnya Valdi menggunakan pasir Lumajang.Dalam penelitian ini, Valdi ingin menemukan inovasi beton kuat yang ringan. PVAC digunakan untuk merekatkan batok kelapa dalam pembuatan beton. “Pada dasarnya batok kelapa ini kan kayu. Jadi dibutuhkan perekat agar tidak mudah lapuk ketika diaplikasikan dalam jangka waktu yang lama. Kalau tidak menggunakan PVAC, batok kelapa tidak dapat merekat saat pengadukan beton,” kata mahasiswa angkatan 2013 itu.
Perbedaan lain yang dilakukan lulusan SMA Dr. Soetomo Surabaya ini adalah dengan tidak merendam beton yang sudah dicetak di dalam air, atau yang disebut proses pencuringan. “Sebenarnya proses pencuringan direndam di dalam air agar tidak terjadi segregasi. Tapi beberapa kali saya pernah membuat beton dan kuat tekannya malah berkurang jika direndam air. Maka dari itu dalam penelitian ini saya menghilangkan proses pencuringan dengan direndam air dan menggantinya dengan menutup beton dengan kertas semen yang sudah dibasahi,” kata pria kelahiran 29 Oktober 1994 itu.
Namun, memang kuat tekan beton yang ia buat belum memenuhi syarat untuk dijadikan struktur maupun kolom. “Kuat tekan beton batok kelapa ini 26 MPa. Sementara untuk dijadikan struktur atau kolom bangunan perlu sekitar 30-35 MPa kuat tekannya. Jadi untuk beton batok kelapa ini setidaknya bisa digunakan untuk paving jalanan atau struktur rumah sederhana,” ujarnya.
Inovasi beton dari batok kelapa memang sudah pernah diteliti sebelumnya. Namun selama ini kuat tekan beton batok kelapa yang sudah ada belum sampai 26 MPa seperti buatannya. “Kuncinya ada pada PVAC sebagai perekat. Mungkin juga bisa menggunakan bahan perekat lain agar kuat tekannya lebih besar,” lanjut Valdi.
Yang pasti, beton batok kelapa ini memang sengaja ia buat karena melimpahnya limbah batok kelapa di belakang kampus UNNAR. “Jadi ini semua batok kelapanya ambil dari belakang kampus karena di sana banyak sekali. Ini juga jadi sebuah upaya untuk mengurangi limbah agar bisa menjadi sesuatu yang jauh lebih berguna,” tuturnya.
Tentunya ia dibantu oleh dosen pembimbing yang memang sudah ahli di bidang beton, yaitu Fredy Kurniawan, S.T.,M.T.,M.Eng.,PhD. Ia juga mengerjakan seluruh proses pembuatan beton di laboratorium Teknik Sipil UNNAR yang sudah memiliki alat-alat yang lengkap. “Dari dosen pembimbing dan sarana laboratorium benar-benar membantu penelitian saya selesai dengan baik dan lancar,” ucap dia.
Penelitian beton dengan batok kelapa ini tentunya akan terus dilanjutkan dan dikembangkan oleh mahasiswa lain. Valdi berharap akhirnya beton batok kelapa ini bisa diaplikasikan ke masyarakat. “Karena beton batok kelapa ini ringan namun kuat. Jadi akan mempermudah pekerjaan, biaya lebih murah, serta mengurangi limbah di lingkungan,” (iren/cindy)