Palembang.prioritas.co.id – Kapolda Sumsel minta komintmen serius pemda terkait sumur minyak illegal karena banyak menimbulkan korban tewas.
Hal ini di sampaikan Irjen A.Rachmad Wibowo usai ditemukan 1 korban tewas di area sumur ilegal di Rawa Sungai Dawas Parung dusun V Sri Gunung kecamatan Sungai Lilin kabupaten Musi Banyuasin (Muba)
Korban di temukan Minggu (21/07) menambah jumlah korban sebelumnya empat (4) orang akibat aktifitas ilegal menjadi 5 orang tewas dan empat (4) orang lainnya luka berat sejak meledaknya sumur minyak illegal Minggu (21/07) kemarin
Setelah sebelumnya terjadi kebocoran tutup valve sumur dan pipa saluran yang diduga sengaja dirusak masyarakat untuk diambil minyak tumpahannya.
“Kejadian ini sebagai tragedi kemanusiaan, karena banyaknya warga yang menjadi korban dari aktifitas ilegal yang selama ini di gelutinya, “ujarnya.
Sudah banyak warga yang me jadi korban, mereka kesulitan mencari penghasilan sehingga nekat melakukan kegiatan yang membahayakan jiwa mereka sendiri, tegas tegas kapolda.
Mereka mendatangi lokasi bocornya tutup valve dan pipa, mengambil tumpahan minyak dengan cara memerasnya, tidak mengindahkan himbauan dari petugas, dan sama sekali mengabaikan keselamatan mereka sendiri.
“Irjen A.Rachmad Wibowo mengatakan, telah mengerahkan personel untuk menutup lokasi dan memberikan imbauan agar masyarakat keluar dari lokasi karena sangat berbahaya serta telah meminta pihak SKK Migas membuat perimeter batas pengaman atau kawat berduri agar lokasi steril dan tidak bisa dimasuki masyarakat.” imbaunya.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah banyaknya pintu akses menuju lokasi, beratnya lokasi tanah licin berlumpur akibat genangan minyak mentah dan rawan terbakar.
“Kami berharap ada komitmen pemerintah provinsi Sumsel untuk menghentikan segala bentuk penambangan ilegal, penegakan hukum saja tidak bisa menghentikan penambangan ilegal, “tandasnya.
Perlu solusi, kerjasama dan dukungan semua pihak termasuk pemerintah dan TNI untuk melakukan penindakan pembongkaran terhadap kilang minyak illegal.
Ini karena resistensi dari masyarakat sangat tinggi disamping juga dibutuhkan biaya besar lanjutnyan. (Iskandar Mirza)