Harga Kopi Terus Naik, Ini Peluang dan Motivasi Bagi Petani Kopi di Madina

0
0
Ketua koperasi Kopi Mandailing Jaya berdiskusi dengan Plt bupati Tapsel dan Ketua Lingkar Madani bahas pengembangan kopi di wilayah tabagsel.

Mandailing Natal.prioritas.co.id – Harga kopi khususnya Robusta terus melonjak. Kenaikan harga ini diprediksi akan terus terjadi dalam beberapa tahun kedepan karena di beberapa daerah pada negara pemasok utama kopi mengalami kerusakan dan gagal panen akibat dampak dari pemanasan global.

Menyikapi semakin naiknya harga kopi itu, Ketua Koperasi Kopi Mandailing Jaya (Komanja), Desa Ulu pungkut, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Syafruddin Lubis menyampaikan, kenaikan harga tersebut menjadi peluang dan motivasi bagi para petani kopi daerah untuk terus bertanam kopi Arabika ataupun Robusta sesuai dengan kondisi lahan yang dimiliki oleh petani.

Menurut dia, kenaikan harga kopi yang disebabkan oleh ketidak stabilan pasokan global, yang terutama disebabkan oleh kemungkinan gagal panen di negara-negara produsen utama seperti Brasil dan Vietnam. Sehingga dengan penurunan stok kopi itu telah memicu lonjakan harga yang signifikan.

“Ini tentu menjadi peluang bagi petani kopi. Dengan ketidakstabilan pasokan global itu membuka peluang bagi petani kita untuk terus mengurusi lahan kopi sehingga berproduksi dengan baik,” katanya.

Ia menyebut, dari sejumlah daerah penghasil kopi di Mandailing Natal, saat ini hanya tiga wilayah saja yang rutin memproduksi kopi yakni Kecamatan Ulu Pungkut, Kotanopan dan Kecamatan Puncak Sorik Marapi.

“Untuk saat ini tiga kecamatan itu saja yang rutin memproduksi kopi khususnya ke Komanja,” ungkap dia.

Padahal jelas dia, hampir mayoritas daerah di Kabupaten Mandailing Natal merupakan daerah strategis untuk tanaman kopi. Misalnya untuk daerah dataran rendah di 900 Mdpl sangat cocok ditanami kopi jenis Robusta. Sedangkan 900 Mdpl ketas cocok untuk kopi jenis Arabika.

“Ini tentu peluang bagi petani daerah ini untuk terus bertanam kopi arabika ataupun robusta tergantung kesesuaian lahannya. Apabila peluang ini dimanfaatkan akan memperbaiki perekonomian para petani kopi,” jelasnya.

Untuk saat ini saja lanjut Syafruddin, pihak koperasi membeli gabah Arabika.

dari anggota dan petani sudah di harga Rp. 40, sedangkan Robusta Rp 67 ribu dalam bentuk greenbean dari petani. Artinya petani kopi Arabika dan kopi Robusta kedepan memiliki peluang untuk memperbaiki perekonomian bagi para petani.

Menurut dia, menurunnya kuantitas kopi di Mandailing Natal disebabkan para petani belum melihat kopi sebagai sebuah komoditi yang menguntungkan. Padahal, kopi itu merupakan salah satu komoditi yang menggiurkan.

Penyebab lain juga dikarenakan, petani kopi Mandailing kerap meninggalkan lahannya pada saat harga kopi mengalami penurunan. (Putra)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here