Guru Penggerak Adalah Pasukan Elite Dunia Pendidikan, Don Bosco: Siswa Harus Jadi Perhatian Utama

0
112
Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do saat membuka kegiatan Lokakarya guru penggerak, Photo dok: Prioritas.

Nagekeo,Prioritas.co.id – Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do menyebut bahwa guru penggerak merupakan pasukan elitenya dunia pendidikan. Oleh sebab itu, ketika seseorang memutuskan untuk menjadi guru penggerak, maka harus bisa memulai dengan suatu motivasi yang benar dengan kekuatan dan kepercayaan diri yang tinggi.

“Dalam dunia pendidikan hal pentingnya adalah bagaimana menyiapkan Sumber Daya Manusia menjadi kompetitif ke depannya. Dengan demikian, calon Guru Penggerak adalah calon pemimpin dalam dunia pendidikan” ungkap Don Bosco saat membuka Kegiatan Lokakarya Panen Hasil Belajar PPGP Angkatan VII Tahun 2023 di Aula Setda Kantor Bupati, Rabu 11 Juli 2023.

Lokakarya sehari ini diselenggarakan oleh Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbudristek dan Balai Guru Penggerak (BGP) Provinsi NTT bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo dengan tema “Festival Panen Hasil Belajar”. Ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan selama 6 bulan pendidikan yang dilalui oleh para Calon Guru Penggerak.

Don Bosco berpesan, seorang guru penggerak sejatinya memperhatikan tiga poin penting yakni Identity problem, Policy problem dan Technical problem. Identity problem adalah bagaimana guru mengenali diri pribadi. “Kekuatan atau motivasi yang dimiliki harus benar dimana sebagai ASN yang terpilih melalui seleksi menjadi pelayan masyarakat. Apa yang menjadi landasan dan alasan menjadi seorang Guru Penggerak” katanya.

Selanjutnya Policy problem. Guru sebagai tenaga pendidik harus memiliki kemampuan menyusun kebijakan. Langkah-langkah yang dilakukan seperti apa supaya output yang dihasilkan menjadi kompetitif kedepannya. Kekuatan Technical Problemnya adalah bagaimana menyiapkan guru yang kompetitif, adakan pelatihan seperti apa sehingga mampu mengatasi persoalan.

“Saya minta kita yang pertama-tama harus selesai dengan indentity problem. Siapa saya? Itu harus selesai. Kalau itu tidak selesai kita tidak mampu merumuskan atau menerima setiap kebijakan. Kalau pun terampil dan berpengetahuan yang akan dilakukan adalah hal-hal yang tidak terarah secara salah karena problem utama ada pada identity problem” jelas Don Bosco.

Menjadi seorang pemimpin kata Don pertama dilihat adalah kualitasnya. Seorang pemimpin harus berorientasi jangka panjang (long time focus) di mana siswa-siswi menjadi perhatian utama. “Bagaimana saya menghasilkan anak didik yang kompetitif di 10 atau 20 tahun yang akan datang. Mari kita berhamba pada siswa. Mereka itu nomor satu” pesan” Don Bosco.

Di tempat yang sama, penanggungjawab PPGP Angkatan VII Kabupaten Nagekeo Drs. Amandus Embo mewakili Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo mengatakan bahwa pelaksanaan Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) menekankan pada kompetensi kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership).

Cakupannya ialah komunitas praktik, pembelajaran sosial dan emosional, pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai perkembangan murid dan kompetensi lain dalam pengembangan diri dan sekolah.

“Adanya guru penggerak maka guru akan bergerak dan bila Guru bergerak Indonesia akan maju dan melatih guru menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan Profil Pelajar Pancasila,” katanya.

Secara nasional Kabupaten Nagekeo mendapat kuota Guru Penggerak hanya untuk angkatan III, VII, VIII, IX dan angkatan X. Untuk angkatan III PPGP telah terpilih sebanyak 38 orang Guru Penggerak dan 15 orang diantaranya telah dilantik sebagai Kepala Sekolah dengan rincian 9 orang untuk jenjang Sekolah Dasar dan 6 orang untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama. PGP Angkatan VII ini berjumlah 24 orang yang siap bergabung dengan 38 orang guru penggerak angkatan ketiga. Dengan demikian ada 62 orang Guru Penggerak di Kabupaten Nagekeo.

Sementara itu, Herlina Yunitasari CGP dari TK Negeri Pembina Boawae mewakili para CGP menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan support yang luar biasa sehingga bisa melewati setiap rangkain proses yang ada.

Menjadi Guru Penggerak itu bagaimana membangun kolaborasi, membuat komunitas praktis, membuat program yang berpihak pada murid. Semoga yang dipelajari selama pendidikan tidak hanya memenuhi centang hijau pada LMS tetapi mampu diaplikasikan baik untuk diri pribadi juga menjadi motivasi bagi rekan guru lainnya.

“Meskipun ada kendala atau gesekan kami tetap maju melangkah, bergerak supaya membuktikan kami siap menjadi pemimpin pembelajaran dan membantu teman guru lainnya untuk pendidikan dan pembelajaran untuk bertransformasi menjadi lebih baik,” ujarnya. (Arjuna)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here