Prioritas.co.id.Jakarta – Bumi hanya satu, namun tak lagi hijau. Seperti itu lah penggambaran kaum muda terhadap kondisi alam saat ini. Data Plan International menunjukan bahwa peningkatan temperatur sebesar 1,5 derajat Celsius akan berpengaruh terhadap kehidupan 9,8 juta anak dan kaum muda. Jika tren peningkatan ini terus terjadi hingga 2025, perubahan iklim akan berdampak pada 12,5 juta anak perempuan kehilangan kesempatan menyelesaikan pendidikan.
Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2021 menyatakan bahwa terjadi beberapa gejala perubahan iklim yang begitu signifikan selama sepuluh tahun terakhir. Krisis iklim bukan lagi soal sains, melainkan ketangguhan manusia beradaptasi dengan segala dampaknya. Ancaman terhadap masa depan anak dan kaum muda, terutama perempuan, begitu jelas. Karenanya perlu aksi nyata hadapi krisis iklim untuk memastikan kesempatan setara bagi mereka.
Perubahan iklim yang telah terjadi diprediksi akan berdampak secara signifikan terhadap kehidupan anak dan kaum muda, terutama anak perempuan yang termarjinalkan. Dampak krisis pangan, bencana alam, dan krisis lingkungan lainnya dapat mengurangi akses anak perempuan terhadap pendidikan dan meningkatkan kerentanan mereka terhadap kekerasan dan perkawinan anak . Di antaranya adalah 1) Anak perempuan rentan putus sekolah di tengah krisis iklim, 2) Perkawinan anak dianggap sebagai solusi mengurangi beban ekonomi keluarga; 3) Risiko kekerasan dan eksploitasi terhadap anak perempuan meningkat; 4) Gangguan terhadap fasilitas kesehatan bisa meningkatkan angka kehamilan yang tidak diinginkan dan masalah kesehatan seksual atau reproduksi pada anak perempuan; 5) Saat stok makanan menipis, anak perempuan sering tidak diprioritaskan, sehingga mereka mengalami kelaparan dan malnutrisi.
Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) hari ini (19/2) meluncurkan Girls Leadership Programme on Climate Change 2022 dengan mengangkat tema ‘Aksi Nyata Hadapi Krisis Iklim’. Program ini bertujuan untuk memberikan wadah kepada perempuan muda untuk terlibat dalam aksi nyata pengendalian perubahan iklim, baik adaptasi maupun mitigasi. Girls Leadership Programme on Climate Change 2022 dijadwalkan berakhir pada 26 Mei 2022.
Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Plan Indonesia menyampaikan, “Kami percaya dan ingin mempromosikan peran kaum muda perempuan dalam menghadapi krisis iklim. Mereka bukan hanya kelompok yang rentan, tapi memiliki inisiatif dan menyuarakan keresahan yang sama: Perubahan iklim sudah menjadi krisis. Mereka mungkin tidak saling kenal, dengan beragam latar belakang yang ada. Namun, melalui Girls Leadership Programme on Climate Change 2022, kami berharap dapat memperkuat jejaring dan aksi mereka, sehingga bisa terus berkontribusi pada upaya adaptasi iklim yang lebih besar,” ungkap Dini.
Sebanyak 337 perempuan muda telah mendaftar melalui situs resmi Plan Indonesia. Kemudian, 40 perempuan muda terpilih untuk lanjut ke tahap wawancara dengan juri. Adapun juri yang mewakili kelompok kaum muda adalah Melati Riyanto Wijsen (Pendiri YOUTHTOPIA dan Gerakan Bye Bye Plastic Bags), Wafi Aulia (Alumni Girls Takeover 2019), dan Reflia Fitri (Youth Advisory Panel Plan Indonesia).
Setelah melewati seleksi ketat, 24 girl leaders mewakili 23 Kabupaten/Kota dan 12 provinsi terpilih untuk mengikuti program ini. Mereka akan mengikuti serangkaian kegiatan, antara lain: Sesi inspiratif bersama Principal Mentor, Ir. Sarwono Kusumaatmadja; serial kelas kepemimpinan bersama mentor muda, dan kamp kaum muda. Lalu, masing-masing girl leader akan mendapatkan seed grant sebesar Rp 2 juta untuk melakukan aksi nyata hadapi krisis iklim di lingkungannya. Girl leaders akan mempresentasikan hasil kegiatannya pada dialog interaktif di bulan Mei mendatang.
Ir. Sarwono Kusumaatmadja, Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim dan Menteri Lingkungan Hidup (1993-1998), sebagai principal mentor mengungkapkan, “Partisipasi kaum muda perempuan adalah investasi yang begitu baik dalam menghadapi krisis iklim. Hal ini tidak berarti kita membebankan seluruh perjuangan menghadapi perubahan iklim kepada mereka. Namun, kita perlu mengapresiasi bahwa kaum muda perempuan Indonesia peduli dan sanggup mengambil peran terdepan dalam bumi yang hanya satu ini.”
Mewakili perempuan muda, Osin (18), girl champion perubahan iklim asal Lembata NTT menyampaikan, “Kami, perempuan muda Indonesia, berharap suara kami didengar dan upaya kami didukung dengan kuat. Kami berharap akan semakin banyak rekan yang bergerak bersama dalam menghadapi krisis iklim. Terutama, agar kami, generasi penerus bangsa, bisa hidup dengan layak hingga bertahun-tahun ke depan,” tutur Osin seusai acara pembukaan Girls Leadership Programme on Climate Change.
Setelah ini, 24 girl leaders akan mengikuti serangkaian kelas kepemimpinan (Girls Leadership Class) dengan mentor muda seperti Melati Riyanto Wijsen (Pendiri YOUTHTOPIA & Bye Bye Plastic Bags), Aeshnina Azzahra Aqilani (Co-Captain River Warrior), Rory Asyari (Jurnalis Senior), dan Swietenia Puspa Lestari (Pendiri dan Direktur Divers Clean Actions). Plan Indonesia berharap adanya peningkatan pengetahuan kaum muda perempuan mengenai isu pengendalian perubahan iklim, serta kapasitas pendukung seperti kepemimpinan, komunikasi, problem solving, analytical thinking serta isu lainnya yang terkait dalam perubahan iklim seperti kesetaraan gender dan partisipasi.
Tahun ini merupakan tahun kedua bagi Plan Indonesia untuk mengadakan GLP. Kampanye GLP sebelumnya berfokus kepada program peningkatan kapasitas serta kepemimpinan bagi anak dan kaum muda perempuan, terutama di bidang pembangunan. Kegiatan ini berhasil menjangkau lebih dari 14 ribu masyarakat sepanjang kampanye melalui rangkaian kegiatan serupa. Informasi terkait rangkaian kegiatan GLP lebih lanjut dapat diikuti melalui media sosial Plan Indonesia (Instagram, Facebook, dan Twitter) dan plan-indonesia.or.id (Sev/Prioritas)