Nagekeo, Prioritas.co.id – Mengenakan kebaya putih jeans biru dipadukan selendang hijau bermotifkan tenun Nagekeo, Ening Sunga duduk di sebuah kursi menjajakan jualan yang dipanjangkan di Lobby Kantor Bupati Nagekeo.
“Ayo kaka.. silahkan dipilih mau yang mana. Ini semua produk olahan dari bahan lokal,” ucap kala menyapa setiap orang yang ingin membeli produknya.
Hari itu, Rabu 7 Desember 2022, suasana Kantor Bupati tampak ramai sejak pagi. Sebagian besar ASN tengah berkumpul di sana. Unsur Muspida, pimpinan BUMN, BUMD juga turut hadir. Tepatnya di aula Setda Pemkab Nagekeo menggelar kegiatan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Kegiatan ini dalam rangka menjaga stabilitas harga terutama pangan yang bergejolak dan menindaklanjuti arahan Presiden Jokowi terkait Extra Effort di tanah air.
Di Lobby Kantor Bupati, beberapa stand jualan aneka produk dipanjangkan membentuk lorong panjang menuju pintu masuk Aula Setda. Ada stand kuliner, kerajinan tangan, tenun ikat hingga Mbay Natural Rice yang merupakan produk unggulan Kabupaten Nagekeo.
Ening duduk di sebelah timur dekat tangga masuk menuju lantai 2 ruangan Bupati sembari menunggu standnya. Di hadapannya terdapat aneka produk lokal buatan sendiri, yang ditaruh berjajar di atas meja.
Jualan Ening laris manis diserbu orang-orang. Ada Sela cero (jagung goreng), keripik Ubi ungu, keripik talas, keripik pisang masak, kripik Ubi jalar dan kacang bawang. Setiap kemasan sudah dilabeli brand masing-masing. “Dijamin aman dan sehat, karena semua tidak pakai bahan pengawet,” kata Ening mengiklankan produknya.
Kepada Prioritas pemilik nama lengkap Ermelinda Sunga ini menceritakan kisah perjalanan panjang dirinya merintis usaha jualan jagung goreng. Kebijakan Pemkab Nagekeo lah yang mengantarkan Ening menekuni usahanya itu dengan begitu telaten.
Banting Setir Usai Diberhentikan dari THL
Masih kental dalam ingatan Ening, kala Dia dan 1046 orang lainnya diberhentikan Pemkab Nagekeo sebagai THL pada 2018 silam. Sebelumnya Ening bekerja menjadi salah satu staf di Badan Keuangan Daerah Kabupaten Nagekeo. “Awalnya kaget aja, kok diberhentikan? Tapi ya sudahlah kan kontrak per tahun mau gimana lagi, terima saja,” katanya.
Resmi diberhentikan dari THL, perempuan berumur 41 tahun ini harus memutar otak, mencari alternatif lain demi mendulang rupiah.
Naluri entrepreneurnya mendadak muncul dalam isi kepala. Ia pun kemudian memutuskan untuk usaha jualan jagung goreng.
“Sebenarnya jagung goreng ini bukan hal baru, soalnya waktu saya masih kerja di BKD saya sudah sering bikin dan jualan di Kantor, akan tetapi ya.. namanya kita punya pekerjaan pokok jadi nggak fokus gitu loh,” cerita Ening.
Punya komitmen, bermental kuat, dan pantang menyerah adalah tiga hal yang perlu dimiliki seorang pengusaha agar meraih kesuksesan. Ketiga prinsip ini pula yang terus dipegang perempuan asal Munde, Desa Tedakisa, Kecamatan Aesesa ini. “Ya awalnya sih hanya jagung saja, tapi dalam perjalanan waktu jadi berkembang ke produk lain” katanya.
Branding Sela Cero
Dari sekian banyak produk olahannya, ada satu yang menjadi ikon, yakni Sela Cero. Bagi masyarakat Mbay Ibukota Kabupaten Nagekeo khususnya ASN, Sela Cero sudah tidak asing lagi.
Kemahirannya dalam mempromosikan produk, membuat Sela Cero dengan cepat dikenal masyarakat. Ening bilang, nama Sela Cero diambil dari bahasa Munde, Selo artinya jagung dan Cero berarti gorong, jadi Sela Cero artinya Jagung Goreng.
Sepintas, produk olahannya tidak jauh berbeda dengan jagung goreng kebanyakan. Hanya saja, sedikit berbeda dalam proses pengolahan sehingga Sela Cero memiliki cita rasa yang khas. “Kalau bahan baku ini khusus jagung pulut saja, ambilnya dari masyarakat. Yang jelasnya tidak pakai pengawet dong,” katanya.
Kata Ening produknya sudah mendapatkan izin usaha rumah tangga dari Pemerintah Kabupaten Nagekeo. Bahkan saat ini Dia tengah mengurusi proses perizinan di BPOM, Ende. “Prosesnya sedang berjalan,” tuturnya.
Selama ini Ening sering membawa produknya mengikuti pameran UMKM di berbagai even. “Terakhir kemarin dipamerkan di Labuan Bajo,” kenangnya.
Menggaji 4 Tenaga Kerja
“Tidak ada usaha yang menghianati hasil”. Kata motivasi inilah mungkin cocok untuk menggambarkan situasi Ening saat ini. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, bisnis jagung gorengnya berkembang pesat.
Produknya banjir orderan. Tidak hanya menyasar pasar lokal, Sela Cero bahkan sudah masuk pasar Swalayan lintas Kabupaten. “Jualnya ada yang manual diantar ke kios-kios di seputaran Mbay, ada juga via online, kirim paket pakai COD ke pelanggan,” jelas Dia.
Bahkan, olahan jagung goreng yang sebelumnya dilakoni Ening seorang diri, kini dia sudah harus menggunakan jasa karyawan. “Karena banyak orderan, pelanggan semakin meluas, permintaan tinggi makanya saya pakai tenaga kerja empat orang. Mereka saya kasih gaji Rp 750 ribu per bulan,” ungkapnya.
Kepada Prioritas Ening bilang Dia punya impian ke depan mendirikan outlet atau galeri jualan sendiri, khusus menjual produk lokal asli Nagekeo dan mempekerjakan lebih banyak lagi anak-anak muda Nagekeo. “Maunya lebih banyak tenaga kerja yang bisa saya pekerjakan,” katanya.
Ketika ditanya, kalau misalnya besok Pak Bupati atau Pak Wakil Bupati panggil Ening untuk kembali masuk kerja jadi THL lagi, kira-kira bagaimana? “Nggak ah.. lebih nyaman yang ini, bisa bebas dan yang jelasnya penghasilan lebih tinggi, ” pungkasnya sembari tersenyum. (Arjuna)