Prioritas.co.id – Keberadaan suku Tengger tak bisa dilepaskan dari melejitnya pariwisata Gunung Bromo yang tepat berada di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, Provinsi Jawa Timur.
Gunung yang memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut tersebut secara spesifik berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur. Sebagai sebuah objek wisata, Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Gunung Bromo termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang setiap harinya selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Gunung ini bisa dicapai dengan transportasi mobil jenis Jeep yang akan menghantarkan wisatawan untuk menikmati pemandangan sunset atau terbitnya matahari pagi.
Suku Tengger akan berperan menjadi guide atau pemandu wisata dengan menawarkan tunggangan kuda dengan nuansa berbeda dalam menikmati wisata berkuda bagi wisatawan untuk mengenal lebih dekat keindahan gunung Bromo. Keberadaan suku Tengger dilokasi gunung Bromo sangat mudah terlihat, dengan menunggang kuda atau menuntun kuda mereka tidak pernah lepas dari balutan sarung yang terpasang dipundaknya.
Samin (55) salah satu warga asli suku Tengger mengatakan, selain berfungsi untuk melindungi diri dari hawa dingin pegunungan, sarung juga dipercaya berfungsi untuk mengendalikan perilaku dan ucapan masyarakat. Penggunaan sarung ini dilakukan oleh semua kalangan, mulai usia muda hingga tua, laki-laki dan perempuan.
“Kami suku Tengger merasa belum lengkap berpakaian ketika tidak memakai sarung. Yang jelas ini sudah menjadi ciri khas suku Tengger yang diwarisi secara turun temurun,” kata Samin, sewaktu dijumpai pada seputaran kawah Bromo,Rabu (23/11/2022).
Menurut dia, Suku Tengger adalah warga asli yang mendiami sekitar kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur. Suku Tengger bertempat tinggal secara berkelompok dan hidup dengan bercocok tanam. Secara formal, pemerintahan dan adat suku Tengger dipimpin oleh seorang kepala desa yang sekaligus kepala adat. Sementara Dukun diposisikan sebagai pemimpin upacara adat. Dalam kehidupan sehari-hari warga suku Tengger mempunyai kebiasaan hidup sederhana, rajin dan damai.
“Kami Suku Tengger bisa dikatakan sebagai penjaga gunung Bromo maupun gunung Semeru. Kami ikut menjaga kelestarian alam maupun penjaga keamanan wilayah ini,” ucap nya.(Dani)