Prioritas.co.id.muba – Ditengah upaya tetap eksis meski ancaman pendemi Covid 19 belum reda, Lembaga Permasyarakatan (Lapas) klas IIB Sekayu dituntut bisa mandiri mengurus warga binaan yang nyaris berjumlah seribu orang. Sementara kapasitas daya tampung Lapas Sekayu hanya bisa menampung 300 warga binaan.
“Jika dijumlahkan semua, warga binaan dan tahanan titipan di Lapas ini jumlahnya sudah mencapai 966 dimana 33 diantaranya adalah wanita. Kalau dibilang over kapasitas ya benar juga karena idealnya lapas ini hanya mempunyai daya tampung 300 warga binaan,” kata Jhony Hermawan Gultom, SE M.Si, Kepala Lembaga Permasyarakatan klas IIB Sekayu, diruangan kerjanya, Minggu (13/9/2020).
Jhony mengaku harus pandai-pandai mengatur strategi mengurus berbagai keperluan warga binaan yang jumlahnya nyaris mencapai seribu tersebut. Sementara petugas lapas Sekayu hanya berjumlah 69 orang, itupun termasuk dirinya selaku Kalapas.
“Petugas Lapas berjumlah 69 orang termasuk saya. Sementara untuk penjagaan dibagi tiga shift, dimana tiap shift diisi satu regu dengan 8 personil,” ujarnya.
Jika keterbatasan jumlah personil bisa diatasi dengan penambahan jam kerja dan pengaturan shift, Jhony mengaku sedikit mengalami kesulitan dengan keterbatasan tersedia nya sarana dan prasarana primer di Lapas klas IIB Sekayu.
Diantaranya, lanjut dia, minimnya pasokan air bersih. Pasokan air PDAM jelas tidak bisa mencukupi kebutuhan warga Lapas Sekayu. Sementara beberapa sumur bor yang dibangun memang mempunyai pasokan air yang melimpah namun air yang dihasilkan kualitasnya jauh dari kata layak.
“Terpaksa harus tetap digunakan meski airnya kuning kecoklatan dan menyisakan debu dibadan jika digunakan untuk mandi. Mau gimana lagi, inilah air yang ada,” ucapannya dengan nada lirih penuh rasa prihatin.
Sejumlah upaya, kata dia sebenarnya sudah banyak dilakukan mengatasi permasalahan tersebut. Bahkan beberapa titik dalam Lokasi Lapas pernah dibor hingga kedalaman 120 meter namun hasilnya tetap sama.
“Baru baru ini atas rekomendasi Pemkab Muba ada tim khusus pengelolaan air bersih dari Bandung, tapi setelah survey mereka tak muncul lagi,” imbuhnya.
Permasalahan lain yang menjadi ganjalan di Lapas klas IIB Sekayu, lanjut dia adalah Listrik. Belum stabil nya pasokan listrik PLN mau tidak mau Lapas harus mempunyai cadangan genset. Namun genset yang ada sangat kecil kapasitasnya dibanding kebutuhan Lapas yang mencapai 100 kva.
Berbagai upaya juga sudah dilakukan pihak Lapas, diantaranya dengan mengajukan proposal agar dianggarkan dalam APBD Muba, namun hingga saat ini masih belum terealisasi.
“Ada genset kita, tapi cuma 20 kva dengan output 18 kva sementara kebutuhan mencapai 100 kva. Untuk mengatasi hal ini terpaksa kita matikan sebagian meski sebenarnya mengundang bahaya,” paparnya.
Ketersediaan mobil ambulance yang siap pakai menurut dia juga merupakan suatu kebutuhan yang cukup mendesak. Hal ini, mengingat ambulance yang ada di lapas saat ini sudah sangat uzur, dimana mobil tersebut keluaran tahun 1990-an.
“Ada satu unit ambulance disini, tapi lebih banyak menghabiskan waktu parkir di gudang, habis rusak melulu,” timpalnya.
Dia berharap sejumlah kebutuhan dasar yang sangat manusiawi di Lapas agar secepatnya bisa terpenuhi. Dan solusi tercepat adalah mengharapkan bantuan Pemkab Muba.
“Harapan kami sejumlah proposal Yang kami ajukan bisa terealisasi, karena kondisi Lapas saat ini sudah sangat memprihatinkan,” tutup Kalapas. (Dani)