Nagekeo.prioritas.co.id – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menggelar aksi damai di halaman Polres Nagekeo Selasa 25/4. Aksi damai ini berkaitan dengan kasus pengancaman terhadap wartawan Tribun, grup Whats Up Kaisar Hitam Destroyer yang dikelola oleh Kapolres Nagekeo hingga beberapa kasus hukum yang saat ini tengah ditangani Polisi.
Menggunakan dua unit mobil pick up, awalnya aksi damai ini berjalan aman. Masa aksi bergerak dari Sekretariat GMNI di Danga Au menuju Mapolres Nagekeo di Jalan Trans Utara Pulau Flores. Sembari membawakan atribut bertuliskan copot Kapolres Nagekeo, Hilangkan Premanisme di tubuh Polres Nagekeo mereka berorasi di halaman Mapolres yang baru sepekan ditempati oleh Kapolres beserta jajarannya.
*Nyaris Ricuh*
Awalnya, aksi mereka berjalan aman terkendali. Di halaman kantor Mapolres masa aksi yang berjumlah kurang lebih 20 orang itu berorasi layaknya demonstrasi pada umumnya. Ratusan anggota Polisi tampak mengawal. Salah satu orator yang berorasi menuntut agar masa aksi bertemu langsung dengan Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Pranata.
Konsentrasi mereka dan semua yang ada di halaman kantor Mapolres tiba-tiba buyar, tatkala seorang pria bertubuh tegap menggunakan penutup muka (topeng) ala ninja lengkap dengan kacamata hitam tiba-tiba menyuruh stop. Ia tampak menunjuk-menunjuk ke arah orator menyuruh stop. Dari beberapa ucapan yang dilontarkan oleh pria tersebut tampaknya menanyakan perihal izinan. “Stop! mana, mana surat” tanyanya dengan suara lantang.
Beberapa warga yang kebetulan menyaksikan demo awalnya mengira itu Polisi yang sedang tidak mengenakan pakaian dinas, namun belakangan diketahui pria tersebut adalah wartawan.
Seiring kedatangan sosok misterius tersebut, sejumlah anggota Polisi kemudian bersuara keras menanyakan perihal izinan, gesekan pun tak terelakkan. Belum lagi ada wartawan yang mencekik wartawan, namun berhasil dilerai oleh anggota Polisi.
“Tidak ada premanisme di sini, dalam Undang-undang pasal 28 tertuang jelas kebebasan berpendapat. Bapak Ibu sekalian, Polisi itu sebagai keamanan, tolong jangan sentuh kami” ungkap sang Orator.
Beruntung kejadian itu tak berlangsung lama ketika Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Pranata dari atas tribun menyatakan bersedia menemui masa aksi.
*Tuntutan GMNI*
Menyanggupi tuntutan masa dan meredam keributan, Kapolres akhirnya meminta masa aksi untuk beraudiense di teras kantor. Kapolres kemudian memberikan kesempatan kepada peserta aksi untuk menyampaikan maksud dan tujuan yg disampaikan oleh ketua GMNI Nagekeo Dominikus Seke.
“Jadi yang ingin kami sampaikan bahwa ada beberapa masalah yang sampai saat ini belum terselesaikan” ungkap Dominikus.
Adapun kasus-kasus yang menjadi atensi GMNI adalah pertama kelanjutan proses hukum dugaan korupsi penghilangan aset pasar Danga yang saat ini sudah ditetapkan tiga tersangka.
Kemudian kasus penemuan mayat di parit irigasi Mbay yang hingga saat ini belum diketahui siapa pelakunya. Selanjutnya kasus penangkapan pengedar Narkoba jaringan Jeneponto.
Dan yang terakhir adalah meminta penjelasan Kapolres mengenai grup Whats Up Kaisar Hitam Destroyer yang mana Kapolres pada beberapa waktu lalu mengaku bahwa bertujuan membina wartawan.
*Klarifikasi Kapolres*
Menanggapi tuntutan tersebut, Kapolres Nagekeo didampingi Wakapolres beserta jajaran memberikan klarifikasi satu per satu. Terkait kasus Narkoba, AKBP Yudha menjelaskan bahwa kasus tersebut sudah diproses dan ditindaklanjuti. Dilimpahkan ke Polda NTT.
“Itu ada wartawan, saudara Sevrin yang ikut meliput saya pakai kaos putih waktu itu, saya jelaskan saya tangkap saya proses kita limpahkan. Terkait ada satu orang lepas mungkin menurut Polda tidak cukup bukti, tapi satunya diproses” jelas AKBP Yudha.
Kemudian terkait dugaan korupsi pasar Danga, AKBP Yudha bilang bahwa kasusnya akan tetap dilanjutkan. “Korupsi tenang saja pasti lanjut” tegas Dia.
Setelah menjelaskan keberlanjutan kasus pasar dan Narkoba, Kapolres kemudian balik bertanya ke masa aksi perihal atribut yang dibawa. “Sekarang saya tanya, ini apa apa? copot, hilangkan, bisa jelaskan sekarang sudah bawah ini” pinta Yudha.
Ketua GMNI Nagekeo, Dominikus Seke kemudian menjelaskan bahwa tulisan copot Kapolres dan hilangkan premanisme itu buntut dari informasi yang menyebutkan bahwa Kapolres Nagekeo memiliki grup Whats Up bernama KH Destroyer, mengancam Wartawan Tribun Flores Patrick Meo Djawa.
Menanggapi hal itu, Kapolres Yudha menjelaskan bahwa benar adanya dirinya memiliki grup What’s Up bernama Kaisar Hitam Destroyer sebagaimana yang diberitakan hingga media Nasional. “Saya ini orangnya jujur nggak pernah bohong ini grupnya KH Destro, saya adminnya, saya ini bukan koruptor, dalam percakapan jelas” ungkap Yudha sembari menunjuk layar HP.
Setelah menjelaskan soal KH Destro, Kapolres Yudha kemudian menceritakan kronologis kejadian yang mana persoalan berkaitan dengan Wartawan Tribun Patrick Djawa yang mana bermula dari penghadangan mobil Kapolres oleh gerombolan pemuda mabuk di pertigaan Aeramo pada 9 April 2023 lalu.
“Wartawan lain tidak menulis, tapi keesokan harinya saudara Petrik (menulis read-) ya ndak ada masalah bagi saya, tetapi, ada poin kalau setelah diamankan (Pemuda Mabuk) terjadi sweeping sehingga situasi mencekam” jelas Kapolres.
Suasana mencekam inilah yang menurut Kapolres mengada-ada tidak sesuai dengan fakta di lapangan yang mana diakui oleh Sekretaris Desa Aeramo Ronald Rabu yang pada kesempatan itu diminta Kapolres untuk menjelaskan situasi sebenarnya. Menurut Ronald, situasi kondusif dan baik-baik saja.
Lanjut Kapolres, soal video viral yang memperlihatkan kejadian seorang pemuda mabuk diikat, kemudian viral di media sosial dengan narasi bahwa anggota Polisi melakukan kekerasan itu tidak benar. “Kita hanya mengikat supaya tidak berontak suruh duduk” ungkapnya.
Menyangkut, Kaisar Hitam Destroyer, Kapolres menjelaskan bahwa KH bukan saja sebatas grup WA sebagaimana yang viral di media sosial sebab, branding KH mencakup berbagai kegiatan seperti KH voly, KH Futsal, KH pacuan Kuda hingga KH entertainment.
Sementara itu, berkaitan dengan percakapan yang ada dalam grup WA, Kapolres bilang itu hal biasa sebagaimana percakapan di grup WA pada umumnya. Terkait ancaman itu sebatas bentuk kegerahan anggota grup menanggapi berita Petrik.
“Apakah salah all Destro saya perintahkan hubungi Patrik untuk memberitakan klarifikasi atas kebenaran berita karena semua tidak ditutup tutupi. Jadi saya pikir bikin dia stress karena dia (Patrik) sudah membuat stress suku Nataia. Diadu saya dengan suku Nataia” aku Kapolres.
“Patahkan rahang itu bukan statmen saya, itu lihat di bawah. Sampah itu bukan dia (Patrick), sampah itu tulisannya ya sampah itu kalau tidak dibuang ya dimusnahkan saja” sambungnya.
Lebih lanjut, Kapolres Yudha menyampaikan bahwa menyangkut laporan Ketua Suku Nataia Patris Seo menanggapi pemberitaan Tribun, saat ini pihaknya tengah berkordinasi dengan dewan pers apakah kasus tersebut murni sengketa pers atau masuk dalam ranah pidana umum. (Arjuna)