Brigjen Dedi Prasetyo Sosok Polisi Humanis, Beritegritas dan Milenial

0
375

Prioritas.co.id, Jakarta – Mendidik bukan hal yang mudah. Meski prestasi karir yang terbilang begitu cemerlang ikut terang.

Siapa yang tak kenal dengan pria yang satu ini. Sosok Polisi Humanis , Milenial dan sering kali tampil dilayar kaca untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Pria yang berpangkat bintang satu ini mengabdikan diri di Divisi Humas Markas Besar (Mabes) Polri. Dia adalah, Karopenmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo. Masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan dirinya. Di balik layar kaca, banyak cerita yang menarik dalam dirinya.
Rabu ( 24/07).

Berkesempatan mewawacarai pria yang berbadan tegap ini secara eksklusif.
Di salah satu ruangan yang luas, ada beberapa meja dan bangku yang tertata rapih. Di atas meja tersedia minuman botol kemasan untuk tamu yang datang. Dengan ramah, Dedi Prasetyo langsung menyapa. Tak lama, anak buahnya datang. Dedi meminta dibuatkan kopi. Dia salah satu pria yang cukup senang dengan kopi. “Tolong buatkan saya kopi ya. Dua,” kata pria yang kini berusia 51 tahun itu.

Dedi Prasetyo berkisah, sejak kecil dia begitu bercita-cita sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI). Cita-citanya saat itu, tentu tak lepas dari jejak sang ayah yang mengabdikan diri di satuan TNI AU. Namun, berjalannya waktu, niatnya itu diurungkan dan kini berada di kepolisian.

“Setelah SMA daftar ke akademi kepolisian. Kemudian, nilai saya dianggap yang terbaik di Akademi Kepolisian (Akpol). Maka disalurkan ke Akademi Kepolisian,” ungkap mantan Kapolres Ponorogo itu.

Tak salah Dedi mengambil keputusan untuk bergabung di kepolisian. Cemerlangnya karir Dedi Prasetyo tidak lepas dari sosok kedua orang tuanya. Saat hendak menjalani pendidikan akademi kepolisian banyak hal yang disampaikan orang tuanya. Namun ada pesan khusus yang selalu dikenangnya hingga kini. Meski sudah menjadi salah satu petinggi di Polri, Dedi tetap memegang teguh pesan yang telah disampaikan oleh orang tuanya.

“Pesan yang disampaikan kepada saya adalah jaga displin dan berdoa. Karena, ketika kita disiplin mengikuti pendidikan, maka seluruh program-program yang kita dalam pendidikan Insya Allah berjalan dengan baik dan lancar,” ucapnya mengenang pesan dari orang tuanya.Tak sulit baginya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembannya selama ini. Sikap disiplin mengatur waktu, disiplin belajar, disiplin ibadah, disiplin dalam segala hal-hal kehidupan. Mematuhi segala macam peraturan-peraturan yang berlaku. Baginya itulah kunci keberhasilan. “Itu yang selalu saya ingat sampai sekarang, sampai detik ini. Kunci keberhasilan itu disiplin,” tuturnya sambil tersenyum.

Sikap disiplin yang selama ini dipegang teguh Dedi, kini ditularkan ke buah hatinya. Meski sikap tegas dan disiplin yang tinggi. Dedi tetap sosok yang mengutamakan kelembutan dan kasih sayang dalam mendidik.

“Ya memang kita tanamkan rasa disiplin sejak dari dini. Karakter anak-anak berbeda, sekarang dan zaman dulu. Dulu pendekatannya bisa dengan keras. Kalau sekarang anak-anak tidak bisa pendekatan dengan keras, harus pendekatan dari hati ke hati. Dengan pendekatan yang lebih logis,” kata Dedi berbagi pengalaman dalam mendidik.

Selain mengajarkan kedisiplinan kepada anaknya, Dedi juga mengajarkan anaknya menjaga norma dalam kehidupan. Norma, menurut Dedi, adalah salah satu gambaran diri seseorang. Sebagai dasar pijakan dia untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela.

“Menjaga norma-norma. Norma agama dan norma susila. Aturan-aturan yang lain itu penting,” begitu mantan Kapolres Lumajang dalam mendidik.

Salah satu anaknya, mencoba untuk mengikuti jejaknya di kepolisian. Namun, nasibnya berkata lain. Saat tes kesehatan, buah hatinya gagal. Dia pun berusaha meyakinkan pada sang anak untuk melanjutkan perkuliahan. Selain itu, meyakinkan diri anaknya bahwa proses seleksi kini semakin ketat. “Saya bilang ke anak saya, kalau kamu persiapannya kurang maksimal ya hasilnya seperti itu. Karena proses seleksi di kepolisian itu kan sangat ketat.

Tidak memandang anaknya siapa. Kalau hasilnya jelek, ya jelek aja,” tandas pria kelahiran Madiun, Jawa Timur itu.

Kiprahnya di kepolisian kini terlihat begitu cemerlang. Dedi dengan pangkatnya bintang satu di pundak berkat didikan ayahnya. Baginya, mengartikan bintang satu yang dipundaknya itu, merupakan tanggung jawab yang diberikan oleh masyarakat Indonesia kepadanya. “Dengan gemblengan yang sangat keras untuk meraih cita-cita begitu keras,” katanya. “Harus berpikir visioner, kemudian harus berani mengambil keputusan-keputusan,” tutur Perwira Tinggi (Pati) lulusan Akpol 1990 tersebut.

Dia begitu percaya bahwa semakin tinggi pangkat yang diberikan, maka semakin tinggi pula rintangan dan tanggung jawabnya akan harus dihadapi. Sebelum menjabat Karopenmas Mabes Polri, Dedi menjabat sebagai Wakapolda Kalimantan Tengah (Kalteng). “Saya ditempatkan di Divisi Humas, ini suatu wujud kepercayaan pimpinan atas kinerja yang dianggap akan mampu untuk mengemban amanah ini,” ujarnya.

“Di Humas bukan hanya cara menyampaikan secara efesien saja. Tapi harus mampu mengendalikan emosi. Itu yang merupakan pembelajaran sangat berat,” sambungnya sembari menyeruput kopi yang ada dihadapannya.

Baginya, amanah yang saat ini diembannya sungguh besar. Selain tenaga dan pemikiran, juga harus tenang melihat setiap situasi atau kejadian untuk menyampaikan kepada masyarakat, agar masyarakat tetap tenang. “Beban disini cukup luas men-cover seluruh wilayah Indonesia. Staf terbatas. Ini salah satu kendala. Tapi, banyak hal yang bisa kita lakukan,” tutupnya. (Red)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here