Belajar Tutorial di YouTube Untuk Budidaya Bawang di Lahan Sawah

0
552
Lahan budidaya Bawang Merah milik Jek di Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Photo dok: Prioritas.co.id.

Nagekeo, Prioritas.co.id – Jarum jam menunjukkan pukul 17:30. Senja mulai berlalu, di ufuk barat, sang surya sudah mulai kembali ke peraduanya. Meski awan gelap menyelimuti langit akan tetapi, Zakarias Tena (44) belum beranjak dari kebunnya. Pria yang akrab disapa Jek ini masih sibuk mengurusi tanaman bawangnya.

“Ini sudah umur 23 hari, ya.. target saya kalau dia cepat akhir Desember sudah bisa panen” ungkap Jek saat disambangi Prioritas pada Sabtu (26/11/2022) sore.

Lahan miliknya berada di areal persawahan desa Aeramo, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo bagian timur masuk di wilayah P3A KM 1-6 kiri. Di atas lahan seluas kurang lebih 40 are itu, Jack bersama istrinya menanam bawang merah.

Awalnya lahan tersebut biasa ditanam padi, akan tetapi sejak 5 tahun terakhir dialihfungsikan untuk budidaya tanaman hortikultura seperti tomat, cabai, kacang-kacangan dan kali ini Jek memilih Bawang Merah.

Sore itu sebenarnya tidak banyak pekerjaan yang Ia lakukan. Jek hanya mau memastikan aliran air yang bersumber dari sumur Bor yang dihisap menggunakan mesin pompa berjalan normal.

Sesekali Jek menarik nafas panjang sembari menarik lintingan rokok Surya 16 yang diapit di jemarinya. Memandang sekeliling, mengamati kebun bawang yang berjumlah 35 petak itu.

“Semuanya kalau Saya hitung hampir 500 kilo bibit. Yang Saya beli sendiri itu 300 trus ada sumbangan dari PPL mungkin dari dinas itu 300 kilo” katanya.

Belajar Tutorial di YouTube

Di zaman modern saat ini, orang dengan mudah mengakses informasi ataupun mencari referensi hanya bermodalkan teknologi Handphone (HP). Begitupun juga dengan Jek. Selain digunakan untuk komunikasi dengan keluarga maupun teman sejawat yang kerap mengajaknya berkumpul, Jek memanfaatkan HP Androidnya untuk mencari referensi berkaitan dengan tutorial budidaya Bawang Merah via YouTube.

“Kalau Bawang Merah, baru pertama saya coba, belajar di mana? Ini pakai ini, lihat di YouTube tu…” ungkap Jek sembari menunjukkan HP Androidnya.

Selain tutorial YouTube, pria yang diketahui lama berdomisili di Timor Leste ini mengaku terinspirasi dari Petani asal Bima yang sukses berbudidaya Bawang di Mbay meski hanya bermodalkan lahan sewaan. “Orang Bima saja bisa masa kita tidak bisa. Intinya niat, punya kemauan, harus ambil resiko, namanya juga usaha” katanya.

Dalam prosesnya, Jek bilang Dia mengikuti referensi pola tanam budidaya Bawang merah, mulai dari pengolahan lahan, pembuatan bedengan, tanam, pemberian pupuk dan Herbisida hingga perawatan. Hitungan pembiayaan sarana produksi (Saprodi) dihitungnya betul berdasarkan estimasi keuntungan hasil panen nanti.

“Semua hampir Rp 25 juta, itu mulai dari bajak, sewa alat, beli beli bibit, pupuk, obat, sampai dengan sewa tenaga kerja. Ini kalau dia hasil benar 1 bedeng 100 kilo, tinggal kali sudah 35 petak. Ya… kita taruh rendah 70 kilo lah 1 petak, kali 35 petak trus kali 40 ribu satu kilo, berapa uang” katanya.

Jek Berkontribusi Menekan Inflasi

Jek merupakan satu dari ribuan petani di Irigasi Mbay yang memilih alih fungsi lahan sawah menjadi lahan pertanian hortikultura, termasuk Bawang Merah. Bagi Jek, budidaya hortikultura lebih menjanjikan ketimbang menanam padi. Biaya produksi kadang tidak sebanding hasil.

Selain mendongkrak ekonomi keluarga, budidaya Bawang Merah juga ternyata bisa berkontribusi menekan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah Inflasi.

Belum lama ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta kepada Petani cabai dan bawang merah di Jawa Timur untuk menjaga inflasi pangan melalui produksi pertanian yang melimpah.

Sebab tanpa sadar selain petani Cabai, Petani Bawang Merah seperti Jek telah membantu negara dalam menjaga inflasi dengan menyiapkan produktivitas bagi kebutuhan masyarakat.

“Kalau kalian bisa menjaga bawang merah dan bawang putih dari inflasi itu artinya kalian hebat. Kalian telah menjadi orang yang selama ini berani menolak importasi karena dukungan produksi dalam negeri” tuturnya seperti dikutip Antara dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (3/11/2022).

SYL mengatakan, membangun sektor pertanian harus dimulai dari niat yang tulus dan tekad yang bulat sehingga keseriusan itulah yang kini membawa Indonesia mampu mempertahankan produksi beras selama tiga tahun berturut-turut.

Sebagaimana diketahui, Indonesia mendapatkan apresiasi dari lembaga internasional terhadap produksi pertaniannya. Badan Pangan Dunia atau FAO dan Lembaga Riset Beras Internasional atau IRRI memberi penghargaan khusus terhadap sistem ketahanan pangan Indonesia yang mampu mewujudkan swasembada.

“Saya berharap bukan hanya beras yang swasembada, tapi juga ada jagung dan produk hortikultura lainnya,” kata Syahrul.

Rencana Panen Potong Domba, Undang Bupati

Di mata istrinya Jek adalah pria pekerja keras. Ia sosok Kepala Keluarga yang bijaksana, petani yang tekun dengan pekerjaannya. Saban hari, jika ada waktu senggang Jek selalu berada di kebun hingga sore.

Jika petani ataupun pengusaha kebanyakan yang memulai usahanya dengan mengakses modal di Bank maupun Koperasi, tidak begitu dengan Jek. Ia memulai usaha budidaya bawangnya menggunakan modal sendiri.

Begitu juga dengan proses kerja, jika kebanyakan petani di Mbay mengandalkan tenaga, Jek justeru lebih memilih menyewa tenaga kerja untuk menggarap lahannya. Itu karena manajemen Agribisnis diterapkannya betul, sejak awal memulai usaha.

Kepada Prioritas, Jek berencana mengundang Bupati dan Wakil Bupati Nagekeo pada saat panen perdana nanti. “Meka Wakil (baca Wakil Bupati Nagekeo) sa su kastau, nanti saya undang juga dengan Ka’e Dokter (baca Bupati Nagekeo) untuk hadir juga pas panen. Saya potong domba nanti’ katanya serius. (Arjuna)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here