Nagekeo, Prioritas.co.id – Usai melakukan penandatanganan kerjasama dengan setiap Kepala SKPD pada 30 September 2022 lalu, Perum Bulog Cabang Bajawa yang bekerja sama dengan PT Pandawa Agri Indonesia menyalurkan Beras Natural Mbay kepada ASN.
Penyerahan dilakukan secara simbolis oleh Wakil Bupati Nagekeo Marianus Waja disaksikan Pimpinan Bulog Cabang Bajawa Elita Mautang dan perwakilan PT Pandawa Agri Indonesia.
Pimpinan Bulog Cabang Bajawa Elyta Mautang menjelaskan bahwa MoU kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Nagekeo merupakan tindak lanjut daripada bentuk dukungan terhadap program yang dijalankan Pemerintah pusat dalam hal menjaga stabilitas harga beras.
“Dampak kenaikan BBM kemarin tentu berdampak pada segala lini terutama kenaikan harga bahan makanan. Sehingga kami berharap dengan sinergitas ini tujuannya menjaga stabilitas harga” ujarnya.
Elyta menjelaskan, tujuan lain daripada MoU kerjasama tersebut adalah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup para ASN dengan mengkonsumsi beras berkualitas.
Beras yang disalurkan kepada ASN adalah beras berkualitas premium yang dibanderol dengan harga Rp. 12.000 per kilogram.
“Dalam kerjasama ini ada penyerapan beras petani lokal Mbay terutama yang merupakan binaan binaan PT PAI” bebernya.
Fazlur Rahman Government Partnership PT PAI menuturkan beras yang disalurkan bersumber dari pendampingan budidaya padi yang dilakukan Pandawa Agri Indonesia dan diserap oleh Bulog.
“Pada masa tanam April-September ini, jumlah petani dampingan PAI sebesar 213 petani seluas 153,65 hektar. Terkait kebutuhan beras ASN Nagekeo melalui Bulog, akan disiapkan stok beras sebesar 18 ton per bulan” jelasnya.
Kata Dia, PAI hadir dari kajian bahwasannya tanah Daerah Irigasi Mbay sakit yang berakibat, ongkos input tinggi, dan produktivitas tidak optimal. Dari hal tersebut, dikenalkanlah inovasi 7 PPAI yang mencakup mikro organisme, reduktan pengurang dosis pestisida, dan pelengkap lainnya.
“Petani didampingi sejak bajak, tanam, panen hingga pemasaran, tidak beli putus” jelasnya.
Kemudian lanjut Rahman, menir dan dedak hasil penggilingan di RMU (Rice Milling Unit) dikembalikan ke petani.
Beras dibeli dari petani dengan harga rata-rata Rp 9500/kg sampai 10.000.
Rahman mengatakan, meskipun sawah tadah hujan Boanio panen, beras petani dampingan tetap berhak mendapatkan harga layak.
“Melalui kolaborasi dan sinergi parapihak, kita dapat melahirkan identitas karya petani lokal, brand beras Mbay, yang dikenal sebagai Mbay Natural Rice, beras sehat tanpa tapis yang praktis langsung dimasak” katanya.
Terdapat Bulog, BUMN yang memiliki semangat transformasi dan tata kelola baik sehingga bisa memapankan kolaborasi pengembangan ekosistem beras Mbay.
Dijelaskan Rahman, ada 3 daerah di NTT yg menjadi acuan Indeks Harga Konsumen, yaitu Kupang, Maumere, dan Waingapu.
Pengendalian pasokan dan harga di daerah kata Rahman dilombakan oleh Bank Indonesia.
Di Nagekeo, yang notabene bukan sebagai acuan IHK NTT, adanya inovasi dan sinergi Pemerintah, lembaga jasa keuangan, BUMN logistik, dan Swasta dapat menjadi sebuah nilai tambah daya ungkit positif untuk memperjuangkan kebermanfaatan yang lebih luas
“Adanya tagline Nagekeo the Heart of Flores dapat menjadi sumber semangat untuk kita dalam berkolaborasi dan berjuang bersama dalam mendenyutkan mendetakkan jantung Nagekeo yang benar-benar menghidupkan seluruh elemen di daratan Flores” ungkapnya.
Sekda Nagekeo Drs Lukas Mere mengatakan, kerja sama ini merupakan kesepakatan Kepala Daerah melalui MoU kerjasama dengan Bulog, dengan demikian pemerintah daerah melalui para ASN menjadi orang pertama yang menggunakan produk lokal.
“Ini bagian dari Bela beli Nagekeo dimulai dari ASN” ungkap Lukas Mere.
Dijelaskan Lukas Mere, setiap ASN menerima beras sebesar 5 Kg. Untuk pembayaran diambil dari tunjangan beras bukan tunjangan gaji. “Tunjangan beras ASN itu Rp. 7.242 setiap bulan” terang Lukas. (Arjuna)