Prioritas.co.id Lumajang- Beberapa nelayan Desa Paseban, kecamatan Kencong, Kabupaten Jember, Jawa timur datangi tambak udang PT. Bumi Subur yang berada di Dusun Meleman Desa Wotgalih, kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang, Jawa timur, Jum’at (3/7/2020). Kedatangan perwakilan nelayan tersebut untuk meminta kepada pihak tambak agar dibuatkan tandon limbah sebelum dibuang ke laut.
Salah satu perwakilan menyampaikan, bahwa kedatangannya ke tambak udang PT. Bumi Subur untuk menyodorkan pernyataan para nelayan dari Paseban sekalian di sertai tanda tangan dari semua nelayan yang ada di desa Paseban.
“Ya benar, kami tiga orang usai dari tambak udang PT. Bumi Subur,” terang Matsuri, saat di konfirmasi sejumlah awak media seusai dari tambak udang, Jum’at (3/7/2020).
Masih menurut Matsuri kedatangannya ke tambak udang PT. Bumi Subur, tak lain untuk mewakili para nelayan yang ada di desa Paseban untuk mintak agar pihak tambak membuat tandon sebelum limbah dibuang kelaut. Karena diduga limbah dari tambak udang tersebut sudah membuat ikan di laut menjauh, sehingga membuat para nelayan harus menambah bahan bakar saat mencari ikan.
“Alhamdullilah, kami di sambut baik, kami ditemui oleh dua manager”, kata Matsuri.
Lanjut ia, intinya kami minta limbah tambak udang itu jangan dibuang kelaut. Kalaupun dibuang ke laut, agar dibuatkan tandon (di filter dulu). “Kami sudah empat kali mendatangi tambak udang PT Bumi Subur, ini sudah empat kalinya”, jelasnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, kalau pihak tambak sudah mengiyakan dengan adanya pembuatan tandon, namun masih menunggu persetujuan AMDAL. “Saya mintak waktu tiga hingga empat hari, kalau sudah empat hari, saya mau ke sana lagi (ke tambak)”, ungkapnya.
Kata ia, dirinya juga didesak oleh warga nelayan, karena para nelayan sudah sangat merasakan dampak dari limbah tambak udang PT Bumi Subur. “Bukan hanya terdampak, tapi sudah sangat terdampak betul”, katanya, sambil mengerutkan wajahnya, seakan menyakinkan wartawan.
Ia menegaskan, setelah terhitung empat hari, nanti saya akan mendatangi tambak lagi. apabila nanti belum ada respon (belum buat tandon), ya urusan nya nelayan sendiri nanti, “terserah, biar nelayan sendiri yang berbondong bondong datang sendiri ketambak”, tegasnya.
Namun ia tidak berharap hal tersebut terjadi, kata ia, jangan sampai nelayan berbondong bondong, “kalau yang datang ke tambak sampai empat ratus orang, atau hingga enam ratus orang gimana, siapa yang tanggung jawab..!?,” Bebernya.
Ia menyatakan, bahwa dirinya cuman akan menengahi, jangan sampai terjadi adanya anarkis, ” kalau sampai anarkis, siapa yang tanggung jawab”, tuturnya.
Menurut Matsuri, kalau seandainya pihak tambak udang PT Bumi Subur tidak menanggapi permintaan para nelayan Paseban, dirinya sebagi perwakilan dari para warga nelayan dari Paseban tidak akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu.
“Saya pasrahkan kepada nelayan, apa tindakannya nelayan, biar bertindak sendiri sudah”, ucapnya.
Matsuri mengaku kalau dirinya sudah memberi tahu pihak desa setempat (kepala desa) Paseban. “Pak kades sendiri mengiyakan, kalau memang tidak ditanggapi, diserahkan kepada nelayan sendiri, mau bagaimana, mintak bagaimana disilahkan,” pungkasnya. (Rhm)