Nagekeo, Prioritas.co.id – Kecintaan terhadap kampung halaman seakan semakin pudar di tengah derasnya arus informasi baik dari media elektronik maupun internet membuat sejumlah pelajar serta mahasiswa belajar menimba ilmu bagaimana seorang anak kampung berkreasi positif dengan membangun branding personal lewat media sosial dari Mertin Lusi, salah satu anak muda penggiat Mapala STIPER (Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian) Flores Bajawa, pada kegiatan Workshop Literasi Digital oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika bertajuk makin cakap digital di Kabupaten Ngada, NTT, Selasa (4/10).
Hadir juga pembicara dalam kegiatan tersebut Silet Open Up, serta Abi Satria kepala divisi dari Siberkreasi, yang juga berbagi soal kecakapan digital.
Mertin Lusi, yang juga salah satu pegiat dalam Komunitas Langa Trekking, mengungkapkan dengan keterbukaan internet setiap orang memiliki kesempatan untuk berkarya dan dinikmati oleh banyak orang karena kemudahan mendapatkan alat komunikasi seperti smartphone. Untuk bisa berkarya secara konsisten sebagai anak kampung atau bagi yang tinggal di kampung, perlu untuk mengenal apa keunggulan diri sendiri dan keunikan diri sendiri.
” Kita kalau tinggal di kampung kita harus bangga jadi anak kampung. Kita harus jadi anak kampung yang tidak kampungan yang menunjukan kualitas diri kita. Kita perlu tahu apa keunggulan kita karena itu kita akan tahu brandingnya apa, ” katanya.
Menurut Mertin, memasuki dunia kerja tidak dilihat dari ijasah namun dilihat dari apa kompetensi karena itu dalam membuat konten dapat disesuaikan dengan diri sendiri atau punya gaya sendiri. Selain itu, konsisten dalam berkarya, menonjolkan keunikan dari setiap karya yang dibuat, serta bisa mengoptimalkan fitur medsos yang ada. Selain itu menurut Mertin, personal branding adalah bagaimana kita mengelola nama kita sebagai sebuah merek dalam dunia kerja yang sebenarnya karena personal branding sangat berbeda dengan pencitraan dimana kita perlu merekayasa diri dengan memunculkan nilai positif.
“Memunculkan nilai positif bukan sekedar ingin show off atau pun memanipulasi banyak orang. Agar bisa terus meningkatkan personal branding perlu untuk memperluas jaringan, dengan bergabung dalam komunitas, atau pun organisasi, serta perkumpulan dan penting untuk membawa etika dunia nyata ke dunia maya,” ungkapnya.
Bagi Mertin, merek diri kita atau personal branding dalam media sosial juga perlu untuk meningkatkan kualitas diri dengan banyak membaca sehingga bisa untuk menulis yang kemudian berguna demi meningkatkan personal branding baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
“Bila membaca saja kurang bagaimana kita bisa menulis. Otak kita adalah lumbung maka perlu untuk membaca agar menampung segala ilmu informasi. Ketika duduk di ruang diskusi akhirnya kita banyak tahu. Bila kita membaca, menulis, dan akhirnya kita bisa berbicara dengan baik penuh percaya diri, ” katanya.
Mertin berpesan kepada sejumlah pelajar untuk tidak perlu merasa minder menjadi anak kampung karena sesungguhnya dikampung punya banyak potensi untuk bisa dikembangkan sebagai sebuah produk konten yang baik dan berguna bagi sesama dengan segenap hati dan penuh cinta.
” Bila kita anak kampung jangan menjadi anak kota, tunjukan diri kita, perlu dalam setiap konten menunjukan apa yang menjadi gaya kita. Media sosial sebagai wadah personal branding. Bertindak lokal, berpikir global, karya itu utama dan viral itu bonus. Lakukan hal kecil dengan cinta yang benar, ” pungkasnya.
Selain dari Mertin, sejumlah pelajar dan mahasiswa ini juga belajar dari Abi Satria dari Siberkreasi soal keamanan bermedia digital. Pada kesempatan itu Abi menjelaskan tidak hanya untuk mengamankan data yang kita miliki melainkan juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia baik yang umum ataupun bersifat spesifik.
“Gunakan password yang kuat dan pastikan mengaktifkan 2FA (Two-Factor Authentication). Selalu waspada akan tautan tak dikenal. Hati-hati saat belanja online, pastikan penjual terpercaya dan belanja dari tempat terpercaya serta hanya install aplikasi dari tempat resmi” jelasnya.
Abi menambahkan tidak ada yang aman seratus persen di dunia digital, yang bisa kita lakukan adalah mengurangi risikonya sedapat mungkin. Keamanan berbanding terbalik dengan kemudahan, sedikit ribet dan waspada akan membuat kita lebih aman di dunia digital.
“Selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet,” tutup Abi. (Arjuna)