Prioritas.co.id, Nagekeo, NTT – Masyarakat kabupaten Nagekeo, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mengeluhkan kemalangan nasib mereka diakhir tahun 2020.
Mereka mengawali tahun baru 2021 dengan situasi yang kurang beruntung karena ternak babi mereka diserang penyakit yang diduga disebabkan oleh virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.
Kondisi tersebut menyebabkan hewan peliharaan mereka mati secara mengenaskan, bahkan tidak tersisa seekorpun pada kandang-kandang ternak babi milik masyarakat.
Keadaan tersebut terjadi menjelang akhir tahun 2020 dan menjadi pukulan telak bagi masyarakat ditengah perjuangan mereka menghadapi pandemi covid-19 yang tak kunjung berakhir.
Fransiskus Mbawo (35), warga RT 10, desa Marapokot, kecamatan Aesesa, kepada prioritas.co.id mengemukakan bahwa, ternak babi miliknya yang telah mati akibat serangan virus ASF telah mencapai 30 ekor.
jika di kalkulasikan total kerugian yang dicapainya mencapai 60 juta hingga 70 juta rupiah.
“secara keseluruhan saya punya sudah 30 ekor lebih, jika kita hitung dengan dia punya anak-anaknya. kalau kita totalkan kerugian bisa 60-70 juta, mana selama ini pakan pake beli stiap bulan. sisa di kandang hanya 3 ekor, itupun belum tentu selamat” ujarnya.
Fransiskus menerangkan bahwa kondisi tersebut dialami hampir semua peternak babi yang ada di desa Maropokot bahkan ada yang bernasib nahas kerena tidak ada seekorpun yang tersisa pada kandang mereka.
keadaan yang sama dialami warga desa Tengatiba yang berada diwilayah persawahan irigasi teknis Mbay. warga mengaku semua ternak babi mereka telah mati dan tidak ada yang selamat dari serangan virus ASF.
mengahadapi kondisi sulit hidup mereka, masyrakat berharap agar Pemerintah Daerah (Pemda) kabupaten Nagekeo bisa mengambil langkah konkrit untuk membantu mereka dalam menghadapi setuasi sulit hidup mereka karena penyakit yang telah mewabah dan menyebabkan ternak babi masyarakat mati mengenaskan.
“kalau kami disini rata-rata sdah mata semua, kita punya tinggal 2 ekor saja, tapi kayaknya sudah kena. kalau yang lain habis total, ada masyarakat yang putus asa sampai bakar mereka punya kandang karena stres. jadi kami minta pemerintah bantu masyarakat dulu, kalau ada obat segera bagi ke masyrakat. kami sudah susah, tambah babi mati semua, mau jual ke pasar tidak ijin pengaruh covid ini” Keluh Leonardus (50) warga desa Tengatiba yang dijumpai Media prioritas.co.id.
Kepala Dinas (Kadis) Peternakan kabupaten Nagekeo, Ir. Klementina Dawo, didampingi drh. Fransiskus X.P.G. Bethana, Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan kabupaten Nagekeo ketika ditemui media ini di ruang kerjanya, menerangkan bahwa terkait penyebaran virus ASF pihak dinas telah menerima laporan dan untuk wilayah kecamatan Aesesa telah ditetapkan sebagai “Zona Hitam” dengan status darurat ASF.
Sementara itu hingga kini belum ada obat yang telah ditemukan untuk menyembuhkan penyakit yang menyerang babi akibat serangan virus ASF atau vaksin untuk untuk menekan laju penyebaran virus tersebut.
“sampai sekarang belum ada obat atau vaksin yang sdah ditemukan untuk virus ASF ini. Upaya Dinas sendiri sejauh ini cuma menyampaikan sosialisasi terkait terkait virus ASF. Upaya pencegahan hanya dengan Biosekuriti. menjaga kandang tetap higienis dan memastikan nutrisi yang baik untuk ternak” Ujar Kelementina di ruang kerjanya pada selasa (06/01/2020).
Lebih lanjut dijelaskan oleh drh. Fransiskus X.P.G. Bethana, yang menerangkan bahwa kondisi serangan virus ASF untuk sementara tidak bisa dikendalikan dengan vaksin maupun obat karena belum ditemukan jenis obat dan vaksinnya.
“kondisi tersebut mirip serangan virus Corona, yang dapat menyelamatkan diri kita adalah mematuhi protokol kesehatan demikian juga ASF yang bisa kita lakukan dengan penerapan Biosekuriti” ucapnya.
langkah – langkah dan upaya yang dapat dilakukan peternak babi jika babinya belum terserang ASF adalah menerapakan biosekuriti yakni menjaga kebersihan kandang dan melakukan isolasi kandangan menggunakan waring, tujuannya adalah mencegah lalulintas lalat karena lalat adalah vektor penular ASF.
selain itu, penangangan bangkai hewan juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan peternak babi. Babi yang telah mati dianjurkan untuk tidak dibuang pada sembarangan tempat melainkan dikuburkan atau dibakar agar tidak dihinggapi lalat.
“Aturan yang sebenarnya jika ASF sudah masuk suatu wilayah, semua ternak babi harus di steeping out atau dimusnahkan seluruhnya. tapi langkah itu tidak mungkin karena kita mau bunuh semua babi masyarakat yang mereka lihat masih segar, ini tidak mungkin. secara epidemiologi penyakitnya semua ternak bi babi pasti akan musnah dan kita sudah prediksi akan terjadi kematian babi besar-besaran. Yang perlu diingat virus ini tidak menyerang manusia dia hanya antara babi dengan babi jadi dagingnya kita bisa makan dan limbahnya jangan kasih ke babi karena dapat menularkan virus. ” Demikian terang Dokter hewan kabupaten Nagekeo.
Pada kesempatan tersebut, Kadis Peternakan kabupaten Nagekeo mengharapkan kerja sama semua elemen teristimewa masyarakat agar secara tertib menerapkan biosekuriti dan penanganan bangkai. Jika kematian hewan telah terjadi dalam jumlah besar, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar mampu menetapkannya sebagai status siaga bencana. (PETER)