Guru Harus Menghamba Pada Murid

0
124
Rikard Siga Uwa, guru penggerak di SMPK Hanura, Danga, Photo dok: Prioritas.

Nagekeo.prioritas.co.id – Pemerintah Kabupaten Nagekeo melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menggelar kegiatan Lokakarya 7 hasil panen belajar progam pendidikan guru penggerak angkatan ke 8 tahun 2023 di aula Setda Nagekeo, Sabtu 2 Desember 2023.

Lokakarya ini dibuka secara resmi oleh Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo Venantius Minggu.

Kegiatan yang diikuti oleh 37 orang guru penggerak ini bertujuan melakukan evaluasi terhadap program guru penggerak serta berbagi aksi nyata dan dampak positif serta mempersiapkan pameran hasil program.

Dalam lokakarya ini tiga orang guru penggerak diberi kesempatan untuk menyampaikan testimoni refleksi perjalanan menjadi guru penggerak selama hampir setahun ini. Salah satu guru yang berkesempatan menyampaikan refleksinya adalah Rikardus Uwa Siga, guru kesenian di SMPK Hanura Danga.

Dalam testimoninya mengatakan
Guru seyogyanya menghamba pada murid jika ingin murid berhasil meraih cita-citanya. “Fokus utama guru itu ada pada murid, maka kita harus menghamba pada murid” ungkapnya.

Menurut Rikard banyak suka dan duka yang dialami dalam mengikuti guru penggerak ini sehingga pola pendidikan yang Ia peroleh sebelumnya berubah total, karena Ia harus dituntut untuk menghamba pada anak. “Menjadi guru adalah salah satu panggilan hidup saya, saya ingin membagi ilmu yang saya punya kepada anak didik, jadi saya berkomitmen dengan diri sendiri, saya harus total menjadi guru ke depannya” tuturnya.

Hal utama yang bisa dilakukan guru di sekolah adalah mengembangkan budaya positif terhadap penanganan kasus yang terjadi pada siswa. Salah satu metode yang Ia lakukan adalah menggunakan segitiga restitusi dan metode lain yang tertuang dalam sepuluh modul.

“Dari modul yang digunakan maka saya berkesimpulan bahwa menjadi guru penggerak itu harus menghamba pada anak” ungkap Dia.

Rikard mengatakan salah satu penerapan metode pembelajaran yang dilakukannya di sekolah adalah bagaimana memetakan minat dan bakat anak sejak duduk di bangku kelas 7.

“Kalau di sekolah saya kami sudah buat, dari awal kita sudah petakan anak ini minatnya apa misalnya musik, olahraga, exata dan lain sebagainya itu kita lihat dan amati saat proses pembelajaran” ungkap Dia.

Sebagai guru musik, Rikard juga menerapkan satu inovasi proses pembelajaran seni musik yang dinamakan Kompasamu (Kelompok paduan suara murid). Kompasamu dibentuk karena kemampuan siswa dalam memahami notasi musik masih tergolong rendah. “Salah satu metode yang saya terapkan itu adalah teknik down up, target saya di saat kelas 9 nantinya mereka bisa membaca not secara lengkap” ungkapnya.

Lebih lanjut pria asal Nangaroro ini mengajak agar semua guru di Nagekeo niat dan tekad yang sama untuk bisa menghamba pada murid dan mengikuti program guru penggerak. “Harapan saya semua guru di Nagekeo ini bisa menjadi guru penggerak karena progam ini sangat bagus bagaimana mendorong kita untuk lebih fokus menjadi seorang pemimpin dan pengajar berkualitas demi meningkatkan mutu pendidikan” ungkap Rikard.

Sementara itu, Bupati Nagekeo dalam sambutannya mengatakan bahwa Pemda Nagekeo sejatinya berkomitmen mendukung program Kemendikbud Ristek terkait guru penggerak dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Nagekeo. Sebelumnya, progam Guru penggerak yang dipromosikan menjadi kepala sekolah sudah dilakukan terlebih dahulu sesuai arahan kementerian.

Dalam lokakarya tersebut, tiga orang guru penggerak diberi kesempatan untuk menyampaikan testimoni refleksi ketika menjadi guru penggerak selama hampir satu tahun ini. Menurut Bupati, apa yang disampaikan tiga orang guru tersebut merupakan suatu refleksi perjalanan karier sebagai seorang guru sebagaimana yang disebut penulis dan motivator Inggris Simon Sinek dalam bukunya yang berjudul Start With Why.

“Kita harus memulai dari start with why, spiritualis kita sebagai orang beragama mengapa saya jadi guru, tidak tertarik untuk menjadi yang lain, sejauh mana kita mampu menjawab keberadaan kita di posisi sekarang. Mudah-mudahan semua guru penggerak angkatan ke 8 sampai ke level itu, artinya ketika saya memulai sesuatu dengan benar menghayati panggilan dengan baik, Tuhan akan mencukupi yang kurang” ujar Don Bosco.

Don Bosco mengatakan selain Start With Why, Sinek juga menulis buku berjudul Leader eat Last. Menurut Sinek, kepemimpinan bukanlah semata mengenai berkuasa dan memberi perintah. Namun kepemimpinan adalah keterampilan yang harus dan bisa dipelajari serta diterapkan. Jika memang ingin menjadi seorang pemimpin yang hebat dan bukan sekadar pemimpin yang baik, Anda haruslah terus belajar sepanjang karier.

Guru terutama Kepala Sekolah sebagai Leader kata Don Bosco sejatinya memiliki prinsip yang kuat dengan fokus perhatiannya tertuju kepada. Mengapa guru penggerak itu menjadi leader dan sekolah dengan kurikulum merdeka belajar memang mengisyaratkan Kepala Sekolah harus orang yang punya kualitas kompetensi leader dan manajer sekaligus. Sebab, sebagai leader seorang Kepala Sekolah tahu ke mana arah, sekolah yang dipimpinnya akan dibawa.

Kedua Kepala Sekolah juga harus bisa menetapkan tujuan baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Kepala Sekolah pun sekaligus bertindak sebagai manajer yang menyusun rencana dengan seluruh metode dalam seluruh manajerial.

“Kalau kita bisa membuat anak didik mencapai prestasi setinggi mungkin itu suatu prestasi yang patut diapresiasi” ungkap Bupati.

Bupati berpesan, siswa yang duduk di bangku SMP kelas 7, 8, 9 Kepala Sekolah dan guru mata pelajaran harus bisa memetakan minat dan bakat setiap anak. Pada tahun ke 9 sebelum masuk SMP selain ijazah anak juga harus memiliki rekomendasi ke sekolah mana dia akan melanjutkan sesuai dengan minat dan bakatnya apakah menjadi ilmuwan atau pekerja profesional.

Kalau ilmuwan anak melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum, sebaliknya, anak memiliki skill didorong untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah advokasi. “Sehingga anak dan orang tua tidak menginvestasikan waktu yang salah selama pendidikan tingkat menengah atas” pesan Don Bosco. (Arjuna)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here