Puan Maharani: Bagi Bung Karno, Islam Dorong Kemajuan Umat Dan Semua Bangsa

0
188

Prioritas.co.id.JAKARTA– Puan Maharani bicara soal keislaman Presiden Sukarno. Puan mengatakan Sukarno punya pandangan Islam sebagai agama yang mendorong kemajuan umat dan semua bangsa.

“Bagi Bung Karno, Islam adalah agama yang mendorong kemajuan bagi umat manusia dan semua bangsa. Selama ini tidak banyak yang memahami konstruksi pemikiran dari kenegaraan Bung Karno justru dibentuk oleh pemikiran Islam. Bahkan tidak berlebihan, saya mengatakan kurang lebih 25 tahun dari tahun 1916-1942, Bung Karno telah bersentuhan belajar dan mendalami Islam,” kata Puan mengawali cerita, disitat detiknews.

Puan menyampaikan hal tersebut dalam rembuk nasional Gerakan Suluh Kebangsaan yang digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jl Jend Sudirman, Jakarta Pusat, dengan mengangkat tema ‘Api Islam Untuk Peradaban Indonesia Masa Depan’, Rabu (27/2/2019).

Puan mengatakan titik awal Sukarno mendalami Islam saat ‘ngekos’ di rumah HOS Tjokroaminoto di Surabaya saat berusia 16 tahun. Di sana pemikiran Sukarno soal Islam berdialektika dengan Tjokroaminoto dan tokoh-tokoh lain yang datang ke pondok tersebut.

Sukarno kemudian menjadi santri pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Puan mengaku tahu cerita soal kakeknya itu dari buku dan dari penuturan orang yang kenal dengan Sukarno.

“Kemudian karena masih haus ilmu, Bung Karno kembali lagi mencari guru-guru agama Islam lainnya. Hingga akhirnya Bung Karno menjadi santrinya KH Ahmad Dahlan,” ungkapnya.

Puan mengatakan usaha Sukarno memahami Islam jadi inspirasi karena dinamika perjuangan. Termasuk saat diasingkan ke Flores oleh Pemerintah Kolonial Belanda, Sukarno terus mendalami Islam. Puan mengingatkan kembali soal ungkapan Sukarno ‘jangan sekali-kali meninggalkan sejarah’ atau jasmerah.

“Saat Bung Karno dibuang Pemerintah Kolonial Belanda ke Flores tahun 1934-1938, Bung Karno melengkapi dahaga tentang keislaman dengan membaca buku-buku tentang Islam serta korespondensi dengan Ahmad Hasan, tokoh Persis dari Bandung,” ucapnya.

Kemudian saat diasingkan ke Bengkulu, Puan mengatakan Sukarno sempat diangkat sebagai Ketua Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah Bengkulu. Pemikiran Islam pun diaplikasikan Sukarno saat merumuskan Pancasila.

“Hal ini tercermin dalam uraiannya tentang Pancasila. Dari penjelasannya tentang pengertian dan makna filosofis sila ketuhanan dalam pidato tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI tersebut. Tergambar dengan jelas bahwa Bung Karno menginginkan bangsa Indonesia yang bertuhan dan menolak konsep ateisme,” tuturnya.

Pada Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1954 di Surabaya, Sukarno diberi gelar waliyyul amri ad dlaruri bisy syaukahatau pemimpin di masa darurat. Puan memandang gelar ini diberikan NU terkait kebijakan-kebijakan Sukarno dan upaya mengikat bangsa Indonesia termasuk umat Islam.

Persinggungan pemikiran Sukarno soal Islam dengan berbagai pihak tetap berpijak di bawah payung NKRI. Puan mengatakan tak hanya pemikiran, ucapan dan kebijakan politik Sukarno juga didasarkan pada nilai Islam.

“Bung Karno senantiasa mensintesiskan Islam dan nasionalisme, serta menjadikan keduanya sebagai inti nilai Pancasila agar dapat bersatu padu menjadi kekuatan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan dan membangun negeri. Pancasila yang di dalamnya mengandung unsur keislaman dan kebangsaan adalah laksana dua rel kereta api dan jika keduanya berdampingan dengan kokoh akan dapat mengantarkan NKRI dengan segenap rakyatnya yang majemuk bagi dari aspek suku agama ras etnis dan antar golongan sampai kepada tujuannya yaitu tatanan masyarakat adil dan makmur serta bahagia lahir batin melalui pembangunan spiritual dan material secara seimbang,” bebernya. (red/net).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here