Menanam Padi Bersama Petani, Bupati Don Ajak Tinggalkan Pola Kerja Lama

0
170
Bupati Nagekeo, NTT, Johanes Don Bosco Do menanam padi bersama petani di KM ll-3 Tengah, Irigasi Mbay, Photo dok: Prioritas.

Prioritas.co.id.Nagekeo – Jarum jam menunjukkan pukul 07:00 WITA pagi. Cuaca di langit persawahan irigasi Mbay, Kabupaten Nagekeo pada Jumat 6 Januari 2023 nampak cerah.

Di pondok milik Longinus Papu tepatnya di KM ll-3 Tengah Sekunder ll, Kelurahan Danga, Kecamatan Aesesa tampak puluhan orang berkumpul di sana. Mereke tergabung dalam kelompok Tani Anaralo melakukan kegiatan penanaman padi milik Longinus.

Selain para petani, tampak hadir bergabung bersama mereka orang nomor satu di Kabupaten Nagekeo yakni Bupati Johanes Don Bosco Do. Hadir pula Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo Oliva Mogi bersama sejumlah PPL.

Turut bergabung, staf dari PT Pandawa Agri Indonesia (PAI) salah satu Mitra Pemkab Nagekeo yang berkecimpung mendampingi petani dalam usaha budidaya padi hingga ke pemasaran.

Kelompok Tani Anaralo diketahui, menjalin kerjasama kemitraan dengan PT PAI.

Kehadiran Bupati Don Bosco pada kesempatan itu bukan hanya sekedar melaksanakan kunjungan kerja ataupun memantau kegiatan tanam perdana, akan tetapi justru turun ke petak sawah bergabung menanam padi bersama para petani.

Orang nomor satu di Kabupaten yang memiliki motto “Too Jogho Waga Sama” ini tanpa ragu bergabung bersama kelompok Tani Anaralo.

Rangkuman Prioritas, selama menjabat sebagai Bupati, memang bukan hanya sekali itu saja Don Bosco terjun ke areal persawahan berjibaku bersama masyarakat kecil.

Di beberapa kesempatan lain, Bupati yang akrab disapa Dokter Don sering terlihat motor penggerak menyemangati masyarakat dengan turun langsung bekerja.

Ajak Tinggalkan Pola Lama

Kepada petani, Bupati Don mengajak untuk bisa mulai meninggalkan pola kerja mengolah sawah dari kebiasaan yang Ortodoks untuk bisa menggunakan cara lebih modern, mulai dari pengolahan lahan, pemeliharaan, panen, pasca panen hingga kepada pangsa pasar.

“Saya datang ke sini untuk berikan semangat, ajak kita semua untuk tinggalkan cara kerja yang lama dengan yang baru ini. Kita pikir terlebih dahulu ketika mau kerja ini, jual di mana harga berapa” katanya.

Karena itu, Don Bosco mengapresiasi Kelompok Anaralo yang sudah menjalin hubungan kerjasama dengan PT PAI selalu oftaker, sebab, kehadiran PAI sangat membantu petani untuk bisa keluar dari zona nyaman praktek kerja petani dengan pola tradisional.

Salah satu contoh pola kerja tradisional menurut pemahaman petani adalah pemberian air yang berlebihan ketika padi berumur 0-35 hari.

Menurut pemahaman petani, genangan air bisa membantu menekan pertumbuhan gulma, akan tetapi secara teknis itu akan mempengaruhi pertumbuhan padi, sebab akar padi tidak mendapatkan asupan oksigen yang memadai.

“Mereka ini (PAI) juga bisnis, saya tidak katakan mereka ini urusan Tuhan, mereka hanya prihatin dengan Pertanian Indonesia, kenapa negeri luas tapi masih impor beras, kenapa Bulog hanya beli dari tempat lain, tidak beli dari wilayah yang punya irigasi”.

Bank Indonesia kata Don Bosco sudah memberikan perhatian terhadap usaha PT PAI dalam membantu membimbing petani, serta memberikan arahan untuk masyarakat terkait suntikan modal usaha.

“Kita sekarang ada lembaga-lembaga yang memberikan pendanaan buat kita. Kalaupun masih ada yang masih punya hutang dan rapor merah di Bank kita cari jalan keluar minta bank berikan pinjaman” ungkap Don Bosco.

Namun, dengan catatan petani yang terjebak hutang harus menjalin kerjasama dengan Oftaker dan mengikuti betul arahan PPL, apabila ingin mengakses modal dari Bank yang notabene Pemkab Nagekeo jadi penjaminnya.

Government Partnership PT PAI Rahman mengharapkan pengembangan ekosistem beras Mbay ini terus berjalan sehingga manfaatnya dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat Mbay pada khususnya dan Nagekeo secara umum.

Dijelaskan Rahman, produk beras Mbay (Natural Mbay Rice) sejak pertama kali dilaunching Bupati Nagekeo pangsa pasarnya sudah menjangkau luar Kabupaten.

“Untuk market beras, selain minimarket lokal dan Bulog juga terus dikembangkan ke Ende, Flotim, dan Labuan Bajo” jelas Rahman.

Di tempat yang sama, Siprianus Dhalu salah satu petani bersyukur bisa bermitra dengan PAI dalam mengolah lahannya sebab, ada perubahan yang Ia rasakan baik itu produksi maupun kemudahan proses pemasaran.

“Yang paling pertama itu pelayanan, kemudian soal fasilitas, karena di Pandawa ini biar hasil satu Ons pun dibayar dan harganya” pungkasnya. (Arjuna)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here