Orasi Penggeloraan dan Pembumian Pancasila, GMNI Sentil Soal Ancaman Ideologi Transnasional

0
194

Ende, Prioritas.co.id – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Nusa Tenggara Timur menggelar acara Simposium Nasional Pembumian dan Penggeloraan Pancasila di aula Universitas Flores, Ende pada Selasa (31/5/2022).

Acara Simposium Nasional ini merupakan salah satu dari serangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022 yang akan dihadiri Presiden RI Jokowi.

Simposium Nasional ini dibuka secara resmi oleh Gubernur NTT Viktor Bung tilu Laiskodat dan dihadiri oleh Ketua DPRD NTT Emilia Nomleni dan beberapa Kepala Daerah.

Dalam acara Simposium tersebut beberapa Organisasi Mahasiswa diberi kesempatan untuk menyampaikan orasi. Salah satunya adalah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Dalam orasinya, organisasi yang memiliki moto pergerakan “Pejuang Pemikir, Pemikir Pejuang itu menyentil soal ancaman Ideologi Transnasional.

Menurut GMNI, Indonesia sebagai salah satu negara yang menerapkan sistem demokrasi tentu sangat rentan dengan berbagai propaganda yang mengancam disintegrasi bangsa.

“Posisi dan kemajemukan masyarakat Indonesia yang amat beragam dan sebagai episentrum peradaban di asia pasifik tentu sangat riskan dicekoki oleh pengaruh luar bahkan ancaman ideologi transnasional” ungkap Ketua GMNI cabang Kupang Christina Banase.

Christin mengatakan, menguatnya gerakan fundamentalis agama yang memanfatkan ruang demokrasi dan propaganda melalui kanal media sosial serta ancaman separtisme yang muncul belakangan ini menjadi ancaman serius dan menciptakan jarak sosial di tengah masyarakat.

Di sisi lain, lanjut Christin, konflik horizontal yang berujung polarisasi massa yang disebabkan eksploitasi sentimen primordial dibeberapa episode pemilu yang berlalu masih menyimpan dahaga persatuan bangsa.

“Sikap prasangka, kebencian, saling curiga menghiasi jagat percakapan rakyat di lorong-lorong kehidupan mereka sehari-hari” katanya.

Realitas ini, menurut Christin, tentu berhaluan lain dengan apa yang telah diletakan oleh para founding father dan founding mother bangsa yakni Pancasila sebagai rumah besar persatuan (meja statis) dan sebagai bintang penuntun (leitstar dinamis) yang membawa ke arah mana bangsa Indonesia menuju.

Kemajuan teknologi informasi yang pesat selalu menampilkan keklisean antara yang baik dan yang buruk.
Kesamar-samaran efek kemajuan IPTEK akan sangat ditentukan
seberapa mampu manusia mengendalikan dirinya. Sikap kontrol diri ambiguitas kemajuan teknologi ini tidak serta merta menghegemoni secara total kesadaran normal kita sebagai manusia yang merdeka.

“Oleh karena itulah, penguatan nasional dan charakter building sangat penting dalam mendidik masyarakat kita saat ini” katanya.

Kebudayaan nusantara yang menjadi kepribadian bangsa telah terbukti ampuh sebagai semen sosial dalam merekatkan simpul-simpul keberagam dan menjadi way of life masyarakat Indonesia harus terus dirawat dan dijaga selama-lamanya.

“Untuk itulah kembali saya tegaskan dan mengajak kita semua, bahwasanya jalan menuju Indonesia maju dan cita-cita menuju Indonesia emas di tahun 2045 hanya bisa terwujud apabila seluruh elemen bangsa mengepak kembali sayap persatuan, menyulam kembali simpul-simpul yang telah putus dan merekatkan kembali tali persaudaraan yang telah retak
dimakan arus egoisme dan fanatisme yang berlebihan” pungkasnya. (Arjuna)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here