Puluhan Tahun SD MI Jamiatul Hidayah Wonosobo Tak Tersentuh Pemerintah, Bangunan Nyaris Ambruk

0
156
SD MI Jamiatul Hidayah Wonosobo dalam Kondisi Rusak.

Prioritas.co.id, Tanggamus – Dunia pendidikan di kabupaten Tanggamus masih terjadi kesenjangan. Pemerintah daerah kabupaten Tanggamus setiap tahunnya menggelontorkan dana bersumber dari APBN seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun APBD melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus untuk biaya pembangunan  dan renovasi gedung sekolah SD dan SMP.

Namun hal tersebut masih saja terjadi kesenjangan di sarana dan prasarana pendidikan, ada sekolah yang masih layak mendapatkan dana tersebut bahkan ada sekolah yang dalam dua tahun mendapatkan dana pembangunan dan renovasi gedung sekolah dua kali dalam dua tahun berturut-turut, contohnya SMP 2 Wonosobo yang mendapatkan dana DAK hampir 2 M dalam dua tahun ini.

Hal ini sangat berbanding terbalik dengan Sekolah SD MI Jamiatul Hidayah Sejak tahun 1969 hingga tahun 1975 Sekolah yang berada di Pekon Dadimulyo kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus hingga sekarang belum tersentuh biaya dari pemerintah untuk bangunan ataupun renovasi gedung sekolah yang hampir ambruk karena termakan usia.

Sangat ironis sekali, padahal sekolah madrasah tersebut merupakan sekolah tertua yang ada di daerah Wonosobo, sudah banyak mencetak alumnus yang menjadi pejabat di pemkab maupun luar daerah, seperti Kepala SPLP Kecamatan Wonosobo saat ini.

Kondisi terkini, tiga lokal kelas dari 6 lokal bangunan Sekolah Madrasah ini tidak layak pakai/huni. Terlihat di beberapa titik pondasi yang amblas yang mengakibatkan dinding bangunan sekolah banyak yang retak, kayu di bagian atas yang lapuk karena termakan usia.

Dewan Guru SD MI Jamiatul Hidayah Wonosobo saat Menunjukan Kerusakan Sekolah.

Menurut kepala sekolah  Muriqpingah, S.Pdi, pihak sekolah sudah berupaya bersama orang tua wali murid membenahi sekolah tersebut dengan cara menyekat ruang kelas sebagai tumpuan agar atap sekolah tidak ambruk saat proses belajar. serta memperbaiki atap sekolah yang sudah bocor saat hujan.

“Sekolah kami dari 6 lokal yang 3 lokal yaitu untuk kelas 1,2 dan 3 sudah tidak layak pakai. Karena sudah tua ada beberapa pondasi yang amblas, sehingga ada beberapa titik dinding yang retak,sementara plapon sudah rontok dan kayu atap sudah lapuk,” jelasnya.

“Untuk antisipasi sudah dua tahun ini kami bersama orang tua wali murid menyekat ruang kelas sebagai upaya menyanggah kayu Arab kelas supaya tidak rubuh saat belajar,” keluhnya.

Sambungnya, untuk antisipasi proses belajar mengajar tatap muka nanti, pihak sekolah akan mencampur siswa dari 6 kelas kedalam 3 kelas guna menghindari dari musibah yang tidak di inginkan

“Guna mengantisipasi saat proses belajar mengajar tatap muka nanti, akan kami campurkan siswa kelas 1,2,dan ,3 kelokal kelas 4,5, dan 6 untuk menghindari hal buruk yang tidak kita inginkan.” tandasnya. (Asrul)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here