Pupus Jadi Pramuwisata dan Fotografer, Di – PHK, Wanita Cantik Ini Jualan Kepiting Laut

0
442

 

Sulys, Wanita Yang Mengidolakan Susi Pudjiastuti, dan memilih jadi penjual kepiting laut.

Prioritas.co.id, Nagekeo, NTT, – “Dimana ada Kemauan disitu ada jalan”. Kata bijak ini cocok dialamatkan kepada Sulys, Wanita muda berparas Cantik, sederhana, periang dan berbudi baik, yang mampu mengubah tantangan di era Pandemi Covid-19 menjadi peluang meraup rupiah dengan jualan kepiting Laut.

Wanita Berusia 24 tahun ini, mengaku sangat mengidolakan Mantan Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti, namun mengalami nasib kurang beruntung ketika Pandemi Covid-19 mulai merebak di Nusantara.

Maret 2019 lalu dirinya diberhentikan sementara dari perusahaan Chetham Garam Nagekeo, Perusahan tempatnya mengadu nasib dan jadi sandaran untuk menguburkan asa menjadi pramuwisata (guide) dan fotografer yang menjadi cita-citanya semasa sekolah.

“Saya tamat SMA Baleriwu tahun 2017, saya punya cita-cita jadi guide (pramuwisata) dan fotografer. Kalau soal prestasi sekolah saya selalu masuk 10 besar, sebenarnya saya mau kuliah tapi keadaan ekonomi orang tua tidak mendukung terpaksa saya berhenti sekolah. Sebenar saya sedih dan kecewa lihat teman kulia saya tidak, tetapi ketika saya diterima kerja di perusahaan Chetham saya merasa sudah terobati, tetapi sekarang saya diberhentikan sementara dari perusahaan” ungkap Sulys dengan nadah merendah dan mata berkaca, sembari sedikit mengulas senyum.

Sulys adalah anak kedua dari empat bersaudara dan menjadi anak perempuan satu-satunya pasangan Viktor Likeng dan Veronika Lancing.

Meski menjadi anak perempuan satu-satunya dalam keluarga mereka Sulys bukanlah wanita yang bermental manja, karena Ia harus menjadi tulang punggung keluarga, membantu orang tuanya dan menjadi panutan bagi bagi adik-adiknya karena kaka sulung mereka telah meninggal dunia.

Diberhentikan dari Perusahaan Chetham membuatnya terpukul, apalagi dirinya harus menanggung utang kredit sepeda motor dengan total cicilan perbulan mencapai Rp. 1.050.000 (Satu juta lima puluh ribu), yang dibelinya sejak bulan november 2019.

Dengan modal seadanya Sulis mulai bisnis kecilan, menjual bensin dan pulsa untuk mendapat penghasilan demi melunasi utang kredit sepeda motornya, mesti harus berjuang mengahadapi tantangan karena harus jualan pulsa di daerah dengan kondisi jaringan yang buruk.

“Selama ini saya jualan bensin dan pulsa. Tetapi disini jaringan susah, dirumah hanya ada satu titik saja didepan rumah, tetapi hilang muncul jaringan. Saya biasa cari jaringan di TPI (tempat penjualan ikan) kurang lebih 500 meter dari sini, disana jaringan bagus. penghasilan jual bensin dan pulsa kadang masih kurang untuk cicilan motor” ujarnya.

Akhirnya pada bulan Agustus 2020, Sulys berkesempatan mengikuti Pelatihan Soft Skil kewirausahaan yang berkaitan dengan mental kewirausahaan dan manajemen wirausaha, merupakan projek Mata Kail dampingan Kopernik, Plan Indonesia dan Bengkel Apek, pada akhirnya menginspirasi Sulys membangun bisnis dengan memanfaatkan potensi lokal yakni menjual kepiting Laut berkat bimbingan pendamping projek Mata Kail.

“Waktu itu dari desa yang rekomendasi nama-nama anak mudah disini termasuk saya salah satunya, kami Dua puluaan orang yang ikut. Setelah kami ikut materi semua, kami disuruh pilih usaha apa yang kami geluti, saya waktu itu pilih pengolahan kepiting asam manis, kebetulan mama saya bisa buat. Pada waktu itu om Blas (pendamping) kasi masukan bagaimana kalau jualan kepiting saja, kerena yang jualan kepiting laut di pasar Danga hanya sedikit saja. Orang
lebih banyak jualan kepiting bakau” Terangnya.

Bermodalkan Rp. 50.000 (lima puluh ribu rupiah) Sulys mulai merintis bisnis jual beli kepiting.

“Saya modal awal 50 ribu, saya beli 25 ekor kepiting. Saya beli dari nelayan 5 ekor 10 ribu, saya jual kembali 3 ekor 10 ribu. Saya dapat untung 30 ribu, saya jual semua hasilnya 80 ribu. Saya jual ke Danga, saya mulai awal pada akhir bulan agustus lalu” Ujar Sulis.

Dengan penuh semangat dan bermodalkan sepeda motornya, Sulys mulai menekuni jualan kepiting, sehinggga tatal penjualan perharinya terus meningkat hingga mencapai Rp. 450.000 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) perhari dengan nilai keuntungan bersih yang diraupnya mencapai Rp.150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah)

Dengan capaian yang ada, Sulis mengaku hasil bisnis jualan bensin, pulsa ditambah jualan kepiting laut, telah cukup untuk memenuhi cicilan motornya dan dapat disisihkan untuk kebutuhan hidup lainnya.

Ia mengungkapan bahwa, jika ia kembali di panggil pihak perusahaan untuk bekerja, dirinya akan terus menekuni bisnis yang telah dirintisnya, dengan membagi waktu secara baik dan akan disesuaikan dengan waktu kerja perusahaan.

“Jika saya kembali dipanggil perusahan untuk bekerja, saya akan berkerja lagi, tapi saya juga akan tetap jualan kepiting. Kalau saya masuk kerja pagi, sore saya baru jual, kalau saya kerja sore, pagi saya jual, tergantung. Karena di perusahaan kami kerjanya sistem sit” ujarnya.

Dirinya bermimpi jika suatu saat nanti, ia akan memiliki tambak yang akan digunakan sebagai tempat budidaya kepiting laut, sehingga dirinya bisa secara konsisten menjalankan bisnisnya dan dapat melayani pelanggan dalam sekala besar serta mampu mengembangkan bisnisnya dari jualan kepiting menjadi pemilik restaurant kepiting laut.

“Ada juga mimpi agar suatu saat punya tambak sendiri, tangkap di tembak sendiri, kemudian jual ke orang-orang, lalu buka restaurant kepiting begitu, pokoknya tergantung sih,” ujarnya sambil tersenyum penuh semangat.

Mexy Nenobais, Mata Kail Project Coordinator, Plan Indonesia, menerangkan bahwa pihaknya akan mendukung setiap peserta yang benar-benar takun menjalankan usahanya dan secara konsisten mengembangkan usaha tersebut.

“Ada banyak youth tetapi tidak semua disuport. Jadi yang disuport yang pertama di lihat dari keterlibatan mengikuti Pelatihan. Kemudian dilihat lagi keseriusan mengikuti monitoring untuk mendetailkan rencana usaha. Yang ketiga bagi yang pengolahan itu wajib mengikuti pelatihan proses produksi, supaya dia punya keterampilan kuat dan prosesnya bersih dan sehat. Sedangkan untuk yang kepiting, itu masuk kategori pengawetan dan pemasaran. Produk alam ini tetap dijaga kesegarannya dan mutu hingga kepasaran. Jadi teknologi seperti kulboks cocok untuk mereka” Terangnya.

Mexi, mengemukakan bahwa dalam menyukseskan proyek Mata Kail, Plan Indonesia dan Mitranya Kopernik dan Bengkel Apek memiliki peran yang berbeda-beda.

Kopernik bertanggungjawab terhadap bantuan teknologi tepat guna bagi peserta, Bengkel Apek bertanggungjawab terhadap pemberdayaan wirausaha dan Plan Indonesia bertanggungjawab membangun kemitraan.

Plan Indonesia dan Mitra Plan berkomitmen untuk senantiasa mendorong para peserta agar mampu menjadi wirausahawan produktif dengan terus menghasilkan produk yang berkualitas dan selalu aktif dalam memasarkan produknya.

“Indikatornya sederhana saja, Dia harus punya prodak, prodak yang dimkasud harus berkualitas, aktif memasarkan. Jadi dia harus berani bikin prodak. Kalau dia masih pasif, kita masih kategori order, jangan sampe karena hobi saja. Jadi kita dorong tiga dulu, ada prodak, kontinyu dan bermutu” Demikian ujarnya. (Petrus)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here