Prioritas.co.id Madiun – Ada penilaian sosial yang berbunyi wajah ndeso rejeki kutho wajahnya miskin, dekil dan kampungan namun berharta bak priyayi perkotaan.
Nah, yang terjadi di Madiun, Jawa Timur, terdapat salah seorang warganya yang bukan saja berwajah ndeso melainkan juga pemilik nama khas kampungan, yakni Paidi. Pria sederhana berusia 37 tahun tersebut telah merubah dirinya, yaitu from nothing to something.
“Iya benar, dulu saya seorang pemulung. Selain pemulung, saya juga pernah jualan jagung dimana saya keliling ke warga-warga sini untuk membeli jagung hasil panen kemudian saya jual lagi”, ujar Paidi di kantor, Jumat, (11/09/20).
Pria sederhana dengan kekayaannya yang bisa dibilang fantastis itu hanyalah lulusan SMK jurusan otomotif. Sebelum mengenal porang, Paidi tidak pernah mengalami progres dalam hidupnya. Sampai suatu saat dia bertemu dengan teman lamanya yang memberikan informasi mengenai tanaman porang.
“Sejak saat itu, setiap malam saya belajar tentang tanaman porang melalui internet. Jadi pagi sampai sore aktifitas serabutan seperti biasa, malamnya belajar melalui internet. Itupun bisanya di kota lho pak, disini gak ada signal internet”, ujarnya
Melalui internet, Paidi terus mencari cari, mempelajari bagaimana caranya agar tanaman porang tersebut bisa dipanen lebih cepat, tidak harus menunggu bertahun-tahun. Tahap demi tahap dilakukan, kegagalan kecil dianggap wajar oleh Paidi.
Mulai tahun 2010-2016(6tahun), bisnis porang Paidi terus mengalami progres yang signifikan. Mulai dari penjualan lokal, nasional bahkan sanggup mengekspor ke luar negeri.
Namun, pada tahun 2017 Paidi mengalami bangkrut. Semua habis tanpa sisa. Akan tetapi tekat dan semangat yang dimiliki oleh Paidi sangat besar. “Waktu bangkrut itu ya saya terpuruk pak, tapi saya harus bangkit, saya mulai dari nol lagi bisnis ini dan alhamdulillah, saya bisa seperti sekarang ini”, imbuhnya.
Dengan berdirinya PIP(Paidi Indo Porang) tahun 2019, Paidi telah membuka lapangan pekerjaan khususnya warga sekitar. Seorang Paidi bukanlah pribadi yang ketus, pelit, acuh tak acuh. “Siapapun dan dari manapun, jika mau berkunjung untuk belajar mengenai dunia porang, kami siap membantu, lagian pelit ilmu ya buat apa to pak? Nanti malah banyak yang benci”, imbuhnya.
Dengan meng-upgrade program-programnya setiap tahun, Paidi terus konsisten melakukan pembinaan-pembinaan kepada seluruh masyarakat bilamana ingin menjadi petani porang yang berhasil.
Sedangkan wacana kedepan, Paidi berharap kepada Pemerintah khususnya Kabupaten Madiun agar mendapat support dalam pembudidayaan porang, sehingga bisa menyerap tenaga kerja penduduk lokal. Hal tersebut dikemukakan Paidi mengingat suplay porang Indonesia ke luar negeri masih sangat jauh dari jumlah permintaan.
“Ya mudah-mudahan kita kedepannya bisa terjalin kerjasama dengan pemerintah pak, khusus dalam percepatan dan perluasan lahan penanaman, biar nanti target permintaan dari luar negeri juga terpenuhi”, tutupnya. (An)