Viral Komentar Facebook : Istri Adalah Orang Lain Yang Kebetulan Kita Urus

3
3146
Ilustrasi Viral (solo.tribun)

Prioritas.co.id, Netizen – Sebuah komentar di postingan facebook membuat heboh para netizen bahkan menjadi viral karena kata-kata yang dituliskan salah satu akun membuat “emak-emak” menjadi gusar.

Akun tersebut bernama Sopandi Al Sundawie yang menulis di kolom komentar sebuah postingan facebook yang belum diketahui sebab hanya kolom komentar saja yang tertangkap layar.

Bahkan atas hal itu, akun facebook Anna Jameela membuat surat terbuka dan di posting melalui group Komunitas Bisa Menulis, pada 6 Agustus 2020 pukul 22.18 Wib.

Pantauan prioritas.co.id, Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 19.34 Wib, surat terbuka tersebut telah dibagikan oleh hampir 5 ribu netizen dan 15 ribuan emoticon.

Tangkapan Layar Komentar Facebook Sopandi Al-Sundawie.

Dear Bapak Sopandi Al Sundawie.
Oleh: Anna Jameela

Ini surat terbuka untuk bapak yang komentarnya viral di dunia maya, terlebih di beranda saya.
Sebagai seorang wanita, saya sangat tergelitik untuk menjawab komentar bapak yang sudah dihapus belakangan yang mengatakan:

“Saya ngasih uang jatah tidak semua gajih saya kasihkan, saya tabung buat anak, karna anak darah daging sedang istri adalah oranglain yg kebetulan harus kita urus, intinya jangan terlalu royal juga jngan terlalu pelit.” (saya post komentar aslinya)

Bapak Sopandi yang insyaallah dirahmati Allah, apakah sebelum menulis komentar seperti itu Anda tidak terbersit sedikitpun berpikir bahwa Anda punya ibu? Apakah Anda lahir sebatas karena KEBETULAN?
Apakah selama ini ibu Anda juga dihidupi karena kebetulan?

Saya menulis sedemikian tanpa bermaksud menggeneralkan orangtua Anda, tapi saya hanya ingin mengajak Anda sedikit merenung, Anda punya bapak? Istri bapak Anda yang melahirkan Anda juga seorang ibu, bukan? Seorang istri?

Apakah Anda ridha, ibu Anda sendiri dinafkahi karena KEBETULAN saja harus diurus bapak Anda?

Sini, Pak, sini, duduk dekat saya, akan saya beritahu satu hal sama bapak: seorang lelaki yang keluar rumah mencari nafkah sementara dirinya lajang ( belum menikah), maka Allah mengutus malaikat untuk menurunkan rizki atas dirinya sendiri saja, tapi ketika seorang lelaki (suami) keluar mencari nafkah untuk anak, istrinya, maka hari itu juga Allah utus para malaikat untuk menurunkan seluruh rizki seisi rumah tersebut melalui suaminya, ya rizki anaknya, rizki istrinya, termasuk rizki si suami tsb. Artinya, nafkah yang bapak berikan kepada istri bapak, adalah haknya, rizkinya, atau jangan-jangan selama ini justru Allah berikan keberkahan rizki kepada bapak yang notebene adalah rizki istri bapak, tapi dtitip lewat bapak.

Lantas, bagaimana pola berpikir bapak yang mengatakan bahwa seorang istri hanyalah orang lain yang secara tidak sengaja diurus suaminya?

Bila ada seribu suami membaca komentar bapak, sepuluh orang mengaminkan, saya khawatir, mereka akan ikutan ‘tersesat’ dengan pola pikir yang SALAH.

Bapak sudah membaca buku fiqh pernikahan yang membahas hak dan kewajiban suami istri belum?

Bapak sudah memahami isi buku sighat taklik? Apa isinya, Pak? Adakah di buku tersebut menyatakan bahwa istri adalah orang lain yang kebetulan saja diurus suaminya? Bila ada atau bila memang pemahaman saya yang salah, minta tolong, Pak, luruskan, bagian manakah yang harus saya perbaiki. Karena logika saya menolak saat ada seorang suami yang cara berpikirnya mengatakan seolah istri hanyalah budak yang sewaktu-waktu bisa dibuang begitu saja tanpa harus dinafkahi, toh kebetulan saja menikah dengannya, kan orang lain?

Pak, saya beritahu satu hal, seorang suami yang tidak melunasi mahar pada istrinya saja Allah ancam akan mendapatkan adzab di akhirat kelak, lantas menurut pandangan bapak, bagaimana Allah menilai seorang suami yang menganggap menafkahi istri dianggap sebatas KEBETULAN?

Jangan bilang kelonan sama istri lalu dapat anak pun karena kebetulan ya, Pak.

Menurut bapak, apakah isi al Qur’an yang membahas hak dan kewajiban suami istri sekadar dongeng sebelum tidur?

Saya hanya ingin meluruskan cara berpikir bapak yang keliru. Sebab bapak punya anak, laki-laki dan perempuan misalnya. Kelak anak keturunan bapak menjadikan bapaknya role model yang menghalalkan bahwa istri hanyalah orang lain yang kebetulan saja (kita) urus. Hancur generasi Islam, Pak, dalam satu pattern yang salah. Hancur seketika!

Hati-hati beropini di tengah publik, Pak.

Bapak membuat sebuah asumsi yang bisa masuk alam bawah sadar seseorang. Bila ada sepuluh orang suami yang membaca opini bapak, kemudian mengikutinya, ada berapa generasi yang rusak pola pikirnya? Bapak tidak hanya membuat dosa untuk diri sendiri, tapi secara tidak sadar bapak membuat dosa jariyah.

Oiya, saya tertarik dengan profil FB bapak yang menulis: dunia sementara, akhirat selamanya.

Sekalian saya mau menyampaikan, di akhirat kelak, yang pertama kali wajahnya dihadapkan pada api neraka adalah seorang suami. Tameng keluarganya, orang yang pertama kali menghadap Allah mempertanggungjawabkan dosa anak istrinya.

Istighfar, Pak.. Istighfar..
Saya hanya prihatin dengan istri bapak..
Saya prihatin dan khawatir dengan gadis di luar sana yang kelak akan dinikahi anak lelaki bapak, bila cara bapak mendidik anak dan menanamkan pemahaman bahwa istri hanyalah orang lain yang kebetulan saja diurus.

Lantas, apa bedanya, Pak, dengan kita memelihara hewan peliharaan di rumah yang kebetulan juga kita urus? Nangkep ya, Pak, maksud saya apa.

Merenunglah, Pak…
Bapak diberkahi rizki, bisa jadi karena do’a tulus istri bapak dalam sholat dhuha-nya serta keistiqamahannya ketika taat pada suaminya, taat kepada Allah, kemudian Allah ridha atasnya dan diberkahi lah keluarga bapak dengan rizki yang melimpah tiada tara.

Tidak membuat bapak jatuh miskin dengan ikhlas menafkahinya. Saya tidak bilang bapak tidak ikhlas, tapi pernyataan bapak jelas sekali menunjukkan kualitas seorang suami yang kesannya ‘terpaksa’ nafkahin istri.

Pak..
Bila dunia hanya sementara, akhirat selamanya, bagaimana bapak mengatakan kepada Allah di akhirat kelak bahwa di dunia bapak memenuhi kewajiban istri dengan embel-embel kebetulan?

Bisa jadi rizki yang bapak dapatkan selama ini karena belas kasih Allah untuk seorang istri yang haknya terzalimi.

Untuk seluruh suami di mana pun berada,
Ketika kalian mengucapkan kalimat: saya terima nikahnya fulanah binti..
Sungguh, secara tidak langsung langsung pun kalian mengucapkan: saya terima marahnya, cerewetnya, borosnya, manjanya, ngomelnya, shoppingnya.. dst-dst.

Bila bagi kalian wahai suami, menafkahi istri adalah sesuatu yang berat, tidak tahukah kalian, suami yang meninggal ketika sedang mencari nafkah, maka surga seluas samudera Allah bukakan untuknya karena dicatat sebagai syahid. Belum tahukah kalian mencari nafkah untuk anak istrimu juga sama dengan pahala seorang syahid? Jihad fii sabilillah.

Jangan hanya karena harta lalu kalian terancam masuk kobaran api di akhirat akibat nafkah yang tak seberapa. Istri kalian bukan tidak mampu mencari nafkah untuk dirinya sendiri. Tapi, dia dedikasikan dirinya, hidupnya untuk kalian, suaminya, anak kalian yang juga anaknya.

Lantas, tidak bisa kah kalian sebagai seorang suami memuliakannya bahkan terlalu perhitungan perihal nafkah yang sudah menjadi haknya?

Saat seorang istri menolak diajak ‘masuk kamar’, dengan lantangnya kalian menggaungkan dalil tentang istri durhaka, tapi saat bicara soal hak istri, kalian katakan bahwa wanita tak ubahnya hewan peliharaan derajatnya.

Innalillahi wa inna ilaihi ra’jiuun, pantas saja ada hadits yang berbunyi: sebaik-baik seorang lelaki adalah yang berbuat baik kepada istrinya.

Semoga tidak ada lagi Sopandi-Sopandi di luar sana yang menganggap istri hanyalah orang lain yang seolah tak punya nilai sama sekali selain TUKANG NGABISIN DUIT SUAMI.

Mohon maaf lahir batin bila tulisan ini kurang berkenan.
Buat para lelaki lajang, belajarlah lebih banyak hak dan kewajiban suami istri sebelum menikah. Dan buat para wanita single, sebelum menikah, pilihlah lelaki yang kelak tahu bagaimana cara memuliakan istrinya. Bukan bagaimana cara merendahkan istrinya di tengah publik dengan bahasa yang luarbiasa.

Allahu a’lam bishowab.
Salam Penuh Cinta,
AJ.

(Tim Medsos)

3 COMMENTS

  1. Lanjutkan mba nulisnya keren lhoo…semangat dalam membela emak-emak mba…aku pun geram dgn komentar BPK trsbt…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here